
"Game of Thrones" Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Dunia Turun
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
13 October 2018 17:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Analogi Game of Thrones yang sampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di ajang pertemuan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WB), dalam mengambarkan perseteruan antara negara-negara maju, menjadi begitu populer. Para pengamat ekonomi pun menilai analogi tersebut sangat pas menggambarkan situasi saat ini.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi salah satu yang menyepakati perumpamaan tersebut. Ia mengatakan, ketika kita memainkan Game of Thrones, siapapun yang memainkannya akan mati.
"Dalam konteks trade war antara AS-China, kalau ini terus terjadi ada kontraksi output global 0,8%. Artinya, ini sangat buruk sekali buat pelaku ekonomi atau buat negara dalam konteks global," terang Fithra kepada media saat dijumpai dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (13/10/2018).
Fithra mengatakan, semua negara menderita dalam perang dagang ini, dan yang paling menderita adalah negara-negara Asia, emerging market yang sangat mengandalkan perdagangan internasional.
"Pak Jokowi mengatakan kita bakal menghadapi potensi besar, potensi besar itu ya krisis," pungkas Fithra.
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dengan menggunakan perumpaan Game of Thrones saat membuka Plenary Meeting International Monetary Fund (IMF) - World Bank di Nusa Dua, Bali. Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan dunia harus waspada akan meningkatnya risiko ketidakpastian global.
Dia juga menyinggung negara maju yang menikmati pertumbuhan ekonomi pesat, namun di banyak negara pertumbuhan lemah atau tidak stabil.
"Perang dagang bikin banyak negara terguncang. Negara yang sedang tumbuh alami tekanan besar. Dengan banyaknya masalah yang terjadi, cukup bagi kita untuk katakan winter is coming," ujar Jokowi, Jumat (12/10/2018).
Kepala Negara mengatakan aliansi antara negara-negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan. "Rendahnya kerja sama dan koordinasi telah sampaikan banyak masalah seperti peningkatan harga minyak mentah dan kekacauan mata uang," ujar dia.
"Dalam serial Game of Thrones sejumlah great houses, great families, bertarung hebat satu sama lain untuk ambil alih kendali Iron Throne. Namun, mereka lupa tatkala para great houses sibuk bertarung, mereka tidak sadar ada ancaman besar dari Utara, yaitu orang Evil Winter yang ingin rusak dunia. Kacaukan dunia dengan es dan kehancuran," tegas Jokowi.
Penilaian ini telah memperhitungkan semua aspek tarif yang harus ditanggung produk China yang masuk pasar Amerika Serikat (AS), dan kepercayaan investor dan pasar keuangan sebagai dampak langsung dari perang dagang.
Analisis ini dipublikasi Jumat (12/10/2018) dalam laporan Regional Economic Outlook IMF yang berfokus pada kawasan Asia Pasifik, seperti dilansir dari CNBC International.
Direktur IMF kawasan Asia dan Pasific Changyong Rhee mengatakan dampak ekonomi langsung dari aksi saling balas bea masuk antara AS dan China sebenarnya "sangat kecil." Hal yang lebih merugikan adalah turunnya kepercayaan investor karena telah mengguncang pasar keuangan dan kemungkinan akan berlangsung untuk sementara waktu, katanya.
(hps) Next Article Adu Kekayaan 8 Presiden RI dari Soekarno Hingga Prabowo
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi salah satu yang menyepakati perumpamaan tersebut. Ia mengatakan, ketika kita memainkan Game of Thrones, siapapun yang memainkannya akan mati.
"Dalam konteks trade war antara AS-China, kalau ini terus terjadi ada kontraksi output global 0,8%. Artinya, ini sangat buruk sekali buat pelaku ekonomi atau buat negara dalam konteks global," terang Fithra kepada media saat dijumpai dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (13/10/2018).
Fithra mengatakan, semua negara menderita dalam perang dagang ini, dan yang paling menderita adalah negara-negara Asia, emerging market yang sangat mengandalkan perdagangan internasional.
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dengan menggunakan perumpaan Game of Thrones saat membuka Plenary Meeting International Monetary Fund (IMF) - World Bank di Nusa Dua, Bali. Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan dunia harus waspada akan meningkatnya risiko ketidakpastian global.
Dia juga menyinggung negara maju yang menikmati pertumbuhan ekonomi pesat, namun di banyak negara pertumbuhan lemah atau tidak stabil.
"Perang dagang bikin banyak negara terguncang. Negara yang sedang tumbuh alami tekanan besar. Dengan banyaknya masalah yang terjadi, cukup bagi kita untuk katakan winter is coming," ujar Jokowi, Jumat (12/10/2018).
Kepala Negara mengatakan aliansi antara negara-negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan. "Rendahnya kerja sama dan koordinasi telah sampaikan banyak masalah seperti peningkatan harga minyak mentah dan kekacauan mata uang," ujar dia.
"Dalam serial Game of Thrones sejumlah great houses, great families, bertarung hebat satu sama lain untuk ambil alih kendali Iron Throne. Namun, mereka lupa tatkala para great houses sibuk bertarung, mereka tidak sadar ada ancaman besar dari Utara, yaitu orang Evil Winter yang ingin rusak dunia. Kacaukan dunia dengan es dan kehancuran," tegas Jokowi.
Perang dagang meramal pertumbuhan ekonomi dunia di 2019 mencapai 3,7%, menurun dari proyeksi di Juli 2018 yang sebesar 3,9%. Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld menyatakan, angka tersebut sama seperti proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2018 yang sebesar 3,7%.
Selain itu IMF juga menyampaikan dalam kondisi terburuk, perang dagang yang berlangsung bisa membuat ekonomi China turun sebesar 1,6% dalam rentan satu-dua tahun.Hal ini merupakan proyeksi dari International Monetary Fund (IMF).
Selain itu IMF juga menyampaikan dalam kondisi terburuk, perang dagang yang berlangsung bisa membuat ekonomi China turun sebesar 1,6% dalam rentan satu-dua tahun.Hal ini merupakan proyeksi dari International Monetary Fund (IMF).
Penilaian ini telah memperhitungkan semua aspek tarif yang harus ditanggung produk China yang masuk pasar Amerika Serikat (AS), dan kepercayaan investor dan pasar keuangan sebagai dampak langsung dari perang dagang.
Analisis ini dipublikasi Jumat (12/10/2018) dalam laporan Regional Economic Outlook IMF yang berfokus pada kawasan Asia Pasifik, seperti dilansir dari CNBC International.
Direktur IMF kawasan Asia dan Pasific Changyong Rhee mengatakan dampak ekonomi langsung dari aksi saling balas bea masuk antara AS dan China sebenarnya "sangat kecil." Hal yang lebih merugikan adalah turunnya kepercayaan investor karena telah mengguncang pasar keuangan dan kemungkinan akan berlangsung untuk sementara waktu, katanya.
(hps) Next Article Adu Kekayaan 8 Presiden RI dari Soekarno Hingga Prabowo
Most Popular