Saat Isu BBM dan Rupiah Menghadang, IHSG Bisa Melaju 0,43%

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
13 October 2018 11:39
Pergerakan Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) selama sepekan mencatatkan kenaikan
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia- Meski berjuang keras menghadapi tekanan sentimen negatif dari luar dan dalam, Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) selama sepekan mencatatkan kenaikan. Dari perdagangan 8-12 Oktober 2018 IHSG berhasil naik  0,43% yang ditolong akumulasi beli investor domestik.



Selama sepekan kemarin, investor domestik mencatakan aksi beli bersih (net buy) hingga Rp 4,16 triliun. Tingginya pembelian investor domestik dikarenakan IHSG yang sempat anjlok pada pekan sebelumnya. 

Pada periode 28 September-5 Oktober 2018, IHSG anjlok hingga 4%. Indeks yang turun mendorong harga-harga saham jauh lebih murah. Investor domestik pun tidak menyia-nyiakan peluang ini. Alhasil pada awal pekan kemarin, investor asing begitu masif masuk ke pasar saham. 

Selama tiga hari beruntun, IHSG naik hingga 1,55% ke level 5.820,68. Namun pada hari Kamis (11/10/2018), IHSG anjlok hingga 2,02% didorong oleh anjloknya bursa saham Wall Street di AS. 

"Kebakaran di Wall Street" akibat pergerakan yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun pada rabu malam yang menembus level 3,2250% atau tertinggi sejak April 2011. Tingginya yield mengakibatkan investor beralih memburu instrumen tersebut. Akibatnya pasar saham AS pun anjlok parah. Indeks-indeks utama seperti Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambrol 3,15%, S&P 500 jatuh 3,29%, dan Nasdaq Composite amblas 4,44%. 

Kejatuhan pasar saham AS ikut berimbas kepada penurunan IHSG. Investor asing ikut-ikutan kabur membawa Rp 1,01 triliun sehingga berdampak kepada anjloknya pasar saham. 

Namun pada Jumat (12/10/2018), IHSG berhasil naik seiring aksi beli investor domestik yang kembali masif. Aksi beli pada periode tersebut mencapai Rp 1,19 triliun. Kondisi ini mampu menyelamatkan performa pasar saham tersebut, sehingga mampu ditutup menguat pada pekan ini.

Selain itu kebimbangan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak jenis Premium juga direspons negatif oleh pelaku pasar. Padahal, penaikan harga Premoum diharapkan bisa mengurangi konsumsi BBM jenis ini, sehingga jumlah impor berkurang.

Artinya, penurunan impor BBM sedikit bisa membantu memperbaikin neraca perdagangan sekaligus mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

(alf/hps) Next Article Sempat Kena Hantam di Awal Pekan, IHSG 'Happy' di Akhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular