Rupiah Masih Terlemah Sepanjang Sejarah (dan di Asia)
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 October 2018 12:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Bahkan rupiah menyentuh titik terlemahnya sepanjang sejarah plus menjadi mata uang terlemah di Asia.
Pada Kamis (11/10/2018) pukul 12:10 WIB, US$ 1 di pasar spot sama dengan Rp 15.260. Rupiah melemah 0,41% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Hari ini rupiah memperbarui rekor terlemah sepanjang masa. Rekor sebelumnya terjadi pada penutupan perdagangan 9 Juli 1998, di mana kala itu rupiah menyentuh Rp 15.250/US$.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah 0,06%. Selepas pembukaan, depresiasi rupiah semakin dalam.
Posisi terlemah rupiah hari ini ada di Rp 15.265/US$ sementara terkuatnya Rp 15.210. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga pukul 12:14 WIB:
Mata uang Asia juga cenderung melemah di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang, dolar Singapura, dan baht Thailand yang menguat sedangkan sisanya berkubang di zona merah.
Rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia dengan depresiasi 0,41%. Disusul oleh dolar Taiwan, won Korea Selatan, dan rupee India.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:17 WIB:
Pasar valas dan saham Asia tertekan karena investor sedang jatuh cinta kepada obligasi pemerintah AS. Dengan kebijakan moneter AS yang ketat dan kenaikan suku bunga acuan secara agresif, instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi memang diuntungkan karena imbal hasil (yield) bakal bergerak naik.
Sepanjang 2018, The Federal Reserve/The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin (bps). Dalam periode yang sama, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 35,98 bps.
Berarti masih ada ruang bagi yield untuk terus menanjak mengikuti kenaikan suku bunga acuan. Apalagi fase kenaikan suku bunga acuan di AS belum selesai, The Fed kemungkinan besar akan kembali menaikkan suku bunga pada Desember dengan probabilitas 74,8% menurut CME Fedwatch.
Perburuan terhadap obligasi membuat pasar valas dan saham sepi peminat. Seperti halnya pasar uang, pasar saham Asia pun menjadi laut merah karena koreksi di mana-mana.
Indeks Nikkei 225 ambrol 4,22%, Hang Seng jatuh 3,89%, Shanghai Composite terpangkas 4,8%, Kospi amblas 3,85%, Straits Times anjlok 2,86%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,82%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (11/10/2018) pukul 12:10 WIB, US$ 1 di pasar spot sama dengan Rp 15.260. Rupiah melemah 0,41% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Hari ini rupiah memperbarui rekor terlemah sepanjang masa. Rekor sebelumnya terjadi pada penutupan perdagangan 9 Juli 1998, di mana kala itu rupiah menyentuh Rp 15.250/US$.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah 0,06%. Selepas pembukaan, depresiasi rupiah semakin dalam.
Mata uang Asia juga cenderung melemah di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang, dolar Singapura, dan baht Thailand yang menguat sedangkan sisanya berkubang di zona merah.
Rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia dengan depresiasi 0,41%. Disusul oleh dolar Taiwan, won Korea Selatan, dan rupee India.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:17 WIB:
Pasar valas dan saham Asia tertekan karena investor sedang jatuh cinta kepada obligasi pemerintah AS. Dengan kebijakan moneter AS yang ketat dan kenaikan suku bunga acuan secara agresif, instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi memang diuntungkan karena imbal hasil (yield) bakal bergerak naik.
Sepanjang 2018, The Federal Reserve/The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin (bps). Dalam periode yang sama, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 35,98 bps.
Berarti masih ada ruang bagi yield untuk terus menanjak mengikuti kenaikan suku bunga acuan. Apalagi fase kenaikan suku bunga acuan di AS belum selesai, The Fed kemungkinan besar akan kembali menaikkan suku bunga pada Desember dengan probabilitas 74,8% menurut CME Fedwatch.
Perburuan terhadap obligasi membuat pasar valas dan saham sepi peminat. Seperti halnya pasar uang, pasar saham Asia pun menjadi laut merah karena koreksi di mana-mana.
Indeks Nikkei 225 ambrol 4,22%, Hang Seng jatuh 3,89%, Shanghai Composite terpangkas 4,8%, Kospi amblas 3,85%, Straits Times anjlok 2,86%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,82%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular