Ekonomi Dunia Bergejolak, Ini Rekomendasi Saham MI Global

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
10 October 2018 18:56
Saham-saham dari sektor keuangan juga layak untuk menjadi instrumen investasi bagi para pelaku pasar terutama dalam jangka panjang.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan aset manajer global Aberdeen Standard Investment mengatakan saham-saham dari sektor pertambangan dan sektor infrastruktur layak untuk diperhatikan oleh para investor untuk saat ini.

Investment Director Aberdeen Bharat Joshi melihat naiknya harga komoditas dunia seperti batu bara dan minyak serta gencarnya pembangunan infrastruktur di dalam negeri yang dilakukan secara jangka panjang menjadi sentimen positif di sektor tersebut.

"Jadi saat ini dilihat bahwa inevstor bukan hanya melihat dari nilai valuasinya saja, namun membeli saham-saham ini lebih ke arah berkelanjutan atau jangka panjang dalam memutuskan membeli saham-saham dari sektor tersebut," ujarnya di Shangri-La Hotel, Rabu (10/10/18).

Sementara itu, meskpun The Fed dan Bank Indonesia (BI) terus menaikan suku bunganya, saham-saham dari sektor keuangan juga layak untuk menjadi instrumen investasi bagi para pelaku pasar terutama dalam jangka panjang.

Dengan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, ditambah dengan arah digitalisasi yang dilakukan oleh berbagai insttusi keuangan juga memberikan faktor pendorong pertumbuhan kinerja bagi perusahaan perbankan.

"Walaupun ada tekanan likuditas bagi sektor keuangan di kondisi saat ini, namun dilihat kondisinya selama 10 tahun terakhir, itu akan menutup tekanan yang ada mengingat debt capital terus menguat hingga saat ini. Jadi akan ada strong multiples kedepannya," tambahnya.

Para investor juga harus selektif untuk menginvestastikan saham-sahamnya di tiga sektor tersebut, karena imbal hasil yang juga diterima akan semakin baik jika dilakukan secara jangka panjang.

Sebagai emerging market, Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan memiliki keuntungan dengan hasil komodtas yang besar dan variatif-nya institusi keuangan dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

"Indonesia punya ratusan institusi keuangan dan keberuntungan di dalam negeri dengan status emerging market yang menghasilkan banyak komoditas penting bagi dunia. Ditambah dengan inklusi keuangan yang terus meluas sebagai suatu hal yang promising," ungkap Joshi.

Asing Masuk
Aberdeen juga menilai meskipun mata uang rupiah melemah dan menembus level Rp 15.300/US$ saat ini, investor asing tetap melirik Indonesia sebagai negara emerging market untuk menginvestasikan di pasar modal dalam negeri.

Presiden Direktur Aberdeen Standard Investment Indonesia Omar S. Anwar mengatakan bahwa fundamental ekonomi yang kuat dibandingkan ekonomi negara serupa secara global masih menjadi angin segar bagi para investor asing.

"Utang Indonesia masih sekitar 30% dari produk domestik bruto (PDB), jadi masih prudent sekali kalau kita melihat dibandingkan dengan tahun 1998 maupun 2008. Lalu negara-negara seperti Afrika Selatan, Argentina maupun Turki kondisi fundamental ekonominya juga jauh berbeda dengan Indonesia," ujarnya di Shangri-La Hotel, Rabu (10/10/18).

Sementara itu, investor asing juga melihat bahwa saat ini merupakan waktu yang sangat tepat untuk melakukan investasi di pasar saham, mengingat nilai dan harga saham yang dibilang cukup menarik untuk dibeli dan disimpan secara jangka panjang.

Omar menambahkan, secara jangka panjang, penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) maupun ekonominya dimungkinkan bisa terus berubah. Bahkan bisa saja Indonesia berbalik arah terus mengalami penguatan ekonomi di masa mendatang.

"Kami kan mengelola dana dari luar dari 80 negara, jadi memang rata-rata investasi mereka itu minimal 5 tahun. Kita kan dari seluruh dana kelolaan kita senilai US$ 735,5 miliar kami alokasikan 20% ke emerging market, jadi Indonesia pasti juga akan kecipratan," tambahnya.

Hingga Juni 2018, Aberdeen Standard Investments mengelola sekitar US$ 3,9 miliar dalam bentuk investasi ke pasar modal dan juga obligasi.

Diperkirakan peningkatan akan terus terjadi mengingat kinerja keuangan dari berbagai emiten masih tercatat positif terutama yang berasal dari saham-saham berkapitalisasi besar.

"Kalau misalnya dilihat valuasi lagi rendah, namun tidak ada maslaah dengan perusahan-perusahaan yang memang fundamentanya okay. Jadi kalau sekarang masih koreksi (saham) namun kan pasti selama bertahun-tahun mendatang kondisinya akan berbeda dan pasti pasar juga positif kembali," ungkap Omar.
(hps) Next Article IHSG Terkoreksi, Analis Rekomendasi Koleksi Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular