Menguat 0,18%, Rupiah Terbaik di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 October 2018 16:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berhasil memanfaatkan kondisi dolar AS yang sedang tertekan dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.
Pada Rabu (10/10/2018), US$ 1 kala penutupan pasar spot berada di Rp 15.198. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Membuka perdagangan, rupiah menguat 0,3%. Selepas itu, apresiasi rupiah menipis dan bahkan sempat habis.
Namun setelah tengah hari, rupiah kembali mantap di jalur pendakian dan bertahan hingga penutupan pasar. Penguatan rupiah hari ini menjadi penyegar karena mata uang Tanah Air melemah selama 7 hari perdagangan terakhir.
Posisi terkuat rupiah hari ini adalah Rp 15.175/US$ sedangkan terlemahnya di Rp 15.225/US$. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hari ini:
Sore ini, sebenarnya aura kebangkitan dolar AS kembali terasa. Mata uang Asia mayoritas melemah di hadapan greenback. Untung saja pasar valas Indonesia sudah tutup sehingga tidak sempat merasakan keperkasaan dolar AS.
Bahkan dengan penguatan 0,18%, rupiah jadi mata uang dengan performa terbaik di Asia. Rupee India duduk di posisi kedua, disusul oleh ringgit Malaysia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 16:24 WIB:
Jelang penutupan pasar valas Indonesia, dolar AS kembali galak. Pada pukul 16:26 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%. Padahal sejak dini hari tadi, Dollar Index berkubang di zona merah.
Kebangkitan dolar AS terjadi jelang lelang obligasi pemerintah. Kira-kira tengah malam ini, Kementerian Keuangan AS akan melelang obligasi tenor 3 dan 10 tahun. Target indikatif dalam lelang ini adalah US$ 36 miliar untuk 3 tahun dan US$ 23 miliar untuk 10 tahun.
Jelang lelang, biasanya investor memang 'membanting' obligasi dengan menjualnya agar harga turun dan yield naik. Ini adalah cara untuk menaikkan posisi tawar di hadapan pemerintah.
Saat ini, kenaikan yield obligasi AS sudah terlihat. Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 16:35 WIB:
Yield di pasar sekunder adalah acuan untuk penentuan kupon di lelang selanjutnya. Oleh karena itu, pasar pun berharap akan ada kupon yang menarik dalam lelang hari ini.
Minat pasar terhadap obligasi akan menaikkan permintaan terhadap dolar AS. Sebab untuk masuk ke lelang dan membeli obligasi pemerintah AS tentu butuh greenback.
Peningkatan permintaan dolar AS tentu akan meningkatkan nilai mata uang ini. Dolar AS pun berbalik menguat. Hikmahnya adalah pasar keuangan Indonesia sudah tutup sehingga tidak sempat merasakan amukan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Rabu (10/10/2018), US$ 1 kala penutupan pasar spot berada di Rp 15.198. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Membuka perdagangan, rupiah menguat 0,3%. Selepas itu, apresiasi rupiah menipis dan bahkan sempat habis.
Posisi terkuat rupiah hari ini adalah Rp 15.175/US$ sedangkan terlemahnya di Rp 15.225/US$. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hari ini:
Sore ini, sebenarnya aura kebangkitan dolar AS kembali terasa. Mata uang Asia mayoritas melemah di hadapan greenback. Untung saja pasar valas Indonesia sudah tutup sehingga tidak sempat merasakan keperkasaan dolar AS.
Bahkan dengan penguatan 0,18%, rupiah jadi mata uang dengan performa terbaik di Asia. Rupee India duduk di posisi kedua, disusul oleh ringgit Malaysia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 16:24 WIB:
Jelang penutupan pasar valas Indonesia, dolar AS kembali galak. Pada pukul 16:26 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%. Padahal sejak dini hari tadi, Dollar Index berkubang di zona merah.
Kebangkitan dolar AS terjadi jelang lelang obligasi pemerintah. Kira-kira tengah malam ini, Kementerian Keuangan AS akan melelang obligasi tenor 3 dan 10 tahun. Target indikatif dalam lelang ini adalah US$ 36 miliar untuk 3 tahun dan US$ 23 miliar untuk 10 tahun.
Jelang lelang, biasanya investor memang 'membanting' obligasi dengan menjualnya agar harga turun dan yield naik. Ini adalah cara untuk menaikkan posisi tawar di hadapan pemerintah.
Saat ini, kenaikan yield obligasi AS sudah terlihat. Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 16:35 WIB:
Yield di pasar sekunder adalah acuan untuk penentuan kupon di lelang selanjutnya. Oleh karena itu, pasar pun berharap akan ada kupon yang menarik dalam lelang hari ini.
Minat pasar terhadap obligasi akan menaikkan permintaan terhadap dolar AS. Sebab untuk masuk ke lelang dan membeli obligasi pemerintah AS tentu butuh greenback.
Peningkatan permintaan dolar AS tentu akan meningkatkan nilai mata uang ini. Dolar AS pun berbalik menguat. Hikmahnya adalah pasar keuangan Indonesia sudah tutup sehingga tidak sempat merasakan amukan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular