
Bursa Hong Kong Dibuka Menguat, Investor Simak Yuan
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
10 October 2018 08:51

Hong Kong, CNBC Indonesia - Bursa saham Hong Kong pada perdagangan pagi ini dibuka menguat pada saat investor terus mencermati nilai tukar yuan terhadap dolar AS. Selain ini investor juga memperhitungkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang dipangkas oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
Indeks Hang Seng naik 0,83% atua bertambah 216.64 poin ke 26.389,55. Indeks Shanghai Composite Index bertambah 0,10% atau 2.71 poin ke level 2.723,72 dan indeks Shenzhen Composite naik 0,15% atau bertambah 2,10 poin ke 1.387,19.
Kemarin, dalam pertemuan tahunan di Bali, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2018 dan 2019 sebesar 3,7%. Lebih lambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%.
Faktor utama penyebab perlambatan ekonomi global adalah perang dagang AS vs China. Perang dagang diperkirakan akan mengganggu rantai pasok global.
"Bea masuk AS yang dikenakan terhadap produk China akan mengganggu rantai pasok, terutama jika ada pembalasan. Kebijakan perdagangan dan ketidakpastian sudah berdampak kepada berbagai perusahaan," tegas Maurice Obstfeld, Kepala Ekonom IMF, dalam pidatonya di Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali, kemarin.
Sedangkan nasib rupiah tidak seberuntung IHSG, karena melemah 0,07% di hadapan greenback. Rupiah bergerak searah dengan mata uang utama Asia lainnya yang juga mengalami depresiasi.
Memang sulit menandingi keperkasaan dolar AS karena permintaan terhadap mata uang ini sedang tinggi. Penguatan dolar AS terjadi seiring semakin dekatnya lelang obligasi pemerintah Negeri Paman Sam.
(hps/hps) Next Article Tunggu Hasil Pertemuan The Fed, Bursa Hong Kong Terkoreksi
Indeks Hang Seng naik 0,83% atua bertambah 216.64 poin ke 26.389,55. Indeks Shanghai Composite Index bertambah 0,10% atau 2.71 poin ke level 2.723,72 dan indeks Shenzhen Composite naik 0,15% atau bertambah 2,10 poin ke 1.387,19.
Kemarin, dalam pertemuan tahunan di Bali, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2018 dan 2019 sebesar 3,7%. Lebih lambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%.
"Bea masuk AS yang dikenakan terhadap produk China akan mengganggu rantai pasok, terutama jika ada pembalasan. Kebijakan perdagangan dan ketidakpastian sudah berdampak kepada berbagai perusahaan," tegas Maurice Obstfeld, Kepala Ekonom IMF, dalam pidatonya di Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali, kemarin.
Sedangkan nasib rupiah tidak seberuntung IHSG, karena melemah 0,07% di hadapan greenback. Rupiah bergerak searah dengan mata uang utama Asia lainnya yang juga mengalami depresiasi.
Memang sulit menandingi keperkasaan dolar AS karena permintaan terhadap mata uang ini sedang tinggi. Penguatan dolar AS terjadi seiring semakin dekatnya lelang obligasi pemerintah Negeri Paman Sam.
(hps/hps) Next Article Tunggu Hasil Pertemuan The Fed, Bursa Hong Kong Terkoreksi
Most Popular