
Melihat Naik-Turunnya Harga Emas Antam di 2018
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
09 October 2018 19:30

Jakarta, CNBC Indonesia- Pergerakan harga emas antam di tahun 2018 ini menunjukkan tren penurunan. Kondisi tersebut seiring penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang mempengaruhi permintaan komoditas tersebut di pasar.
Hari ini, Selasa (9/10/2018), harga jual logam mulia ukuran 1 gram di gerai Jakarta Gedung Antam turun Rp 8.000/gram ke posisi Rp 671.000. Hal ini juga mempengaruhi harga buyback yang turun Rp 6.000/gram ke posisi Rp 581.000. Buyback adalah harga yang harus dibayarkan pemilik emas antam jika ingin kembali menjualnya. Jika kita menelisik dalam tiga tahun terakhir, pergerakan harga emas antam selalu terkait pergerakan dolar AS.
Pergerakan harga emas di tahun 2016-2017 naik sekitar Rp 39.994/gram. Bersamaan dengan pergerakan tersebut, pergerakan dolar index yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama bergerak turun ke sekitar 10 poin ke level 92,21. Begitu pun dalam periode 2017-2018, dimana harga emas bergerak turun tipis Rp 830/gram dan dolar index menguat 3 poin ke level 95,92.
Untuk tahun 2018, kecenderungan harga emas antam turun cukup besar. Terlebih, dolar AS sedang jadi primadona pasar. Sikap agresif (hawkish) yang ditujukan oleh bank sentral AS Federal Reserve dengan menaikkan suku bunga acuan hingga 75 bps, menjadi obat kuat bagi greenback. Imbal hasil obligasi terkerek naik sehingga investor tertarik memburunya. Misalnya obligasi pemerintah tenor 10 tahun, dimana imbal hasil obligasi telah berada di level 3,2499% atau tertinggi sejak tahun 2011.
Imbal hasil yang semakin menarik, jadi pertimbangan investor untuk memegang dolar. Peraliha tersebut menyebabkan instrumen investasi seperti emas mulai ditinggalkan. Pergerakan harga emas di pasar spot pada hari ini turun US$1.186,65/try ounce dari sebelumnya US$1.187,62/try ounce.
Penurunan ini ikut berimbas terhadap pergerakan harga emas antam. Akibatnya, harga komoditas tersebut ikut-ikutan lesu. Di sisa tahun berjalan, bagaimana proyeksi harga komoditas tersebut?
Harga emas akan cenderung naik, ketika kondisi ekonomi global yang kurang kondusif. Sejauh ini situasi yang menjadi perhatian yaitu perang dagang antara AS dan China.
Pertikaian antar kedua negara menyebabkan pasar global cenderung labil. Ketika situasi tersebut, investor akan cenderung melirik emas sebagai instrumen yang minim risiko. Namun sejauh ini, hubungan antar kedua negara tersebut sedang mereda. Meskipun begitu, bukan tidak mungkin ketegangan antar keduanya akan kembali memanas. Terlebih Presiden AS Donald Trump telah ancang-ancang untuk mengenakan tarif tambahan pada awal tahun depan, diluar dua aturan bea masuk yang telah dikenakan.
Jika intrik politik dari sang presiden makin terlihat, bukan tidak mungkin kekacauan ekonomi global kembali terjadi. Alhasil harga emas di pasar spot akan bergerak naik dan berimbas pada pergerakan harga emas antam.
Namun, pasar juga perlu mewaspadai kenaikan suku bunga acuan untuk keempat kalinya oleh The Fed. Pada pidato 26 September kemarin, Gubernur Jerome Powell telah memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga acuan pada Desember mendatang. Sinyal tersebut kemungkinan semakin kuat, seiring data-data ekonomi AS yang kinclong. Teranyar, tingkat pengangguran turun ke level 3,7% atau terendah sejak 1969. Jika sinyal semakin kuat, artinya dolar AS akan semakin perkasa. Kondisi tersebut tentu mendorong harga emas tertekan.
Pasar perlu mencermati faktor-faktor tersebut dalam memproyeksi harga emas antam. Mana yang lebih kuat, mana yang lebih besar peluang akan terjadi. Jika salah bertindak, maka bisa jadi anda akan merugi jika berinvestasi di komoditas tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/dru) Next Article Tak Hanya Emas, Investasi Mata Uang Ini pun Cuan Saat Krisis
Hari ini, Selasa (9/10/2018), harga jual logam mulia ukuran 1 gram di gerai Jakarta Gedung Antam turun Rp 8.000/gram ke posisi Rp 671.000. Hal ini juga mempengaruhi harga buyback yang turun Rp 6.000/gram ke posisi Rp 581.000. Buyback adalah harga yang harus dibayarkan pemilik emas antam jika ingin kembali menjualnya. Jika kita menelisik dalam tiga tahun terakhir, pergerakan harga emas antam selalu terkait pergerakan dolar AS.
Untuk tahun 2018, kecenderungan harga emas antam turun cukup besar. Terlebih, dolar AS sedang jadi primadona pasar. Sikap agresif (hawkish) yang ditujukan oleh bank sentral AS Federal Reserve dengan menaikkan suku bunga acuan hingga 75 bps, menjadi obat kuat bagi greenback. Imbal hasil obligasi terkerek naik sehingga investor tertarik memburunya. Misalnya obligasi pemerintah tenor 10 tahun, dimana imbal hasil obligasi telah berada di level 3,2499% atau tertinggi sejak tahun 2011.
Imbal hasil yang semakin menarik, jadi pertimbangan investor untuk memegang dolar. Peraliha tersebut menyebabkan instrumen investasi seperti emas mulai ditinggalkan. Pergerakan harga emas di pasar spot pada hari ini turun US$1.186,65/try ounce dari sebelumnya US$1.187,62/try ounce.
Penurunan ini ikut berimbas terhadap pergerakan harga emas antam. Akibatnya, harga komoditas tersebut ikut-ikutan lesu. Di sisa tahun berjalan, bagaimana proyeksi harga komoditas tersebut?
Harga emas akan cenderung naik, ketika kondisi ekonomi global yang kurang kondusif. Sejauh ini situasi yang menjadi perhatian yaitu perang dagang antara AS dan China.
Pertikaian antar kedua negara menyebabkan pasar global cenderung labil. Ketika situasi tersebut, investor akan cenderung melirik emas sebagai instrumen yang minim risiko. Namun sejauh ini, hubungan antar kedua negara tersebut sedang mereda. Meskipun begitu, bukan tidak mungkin ketegangan antar keduanya akan kembali memanas. Terlebih Presiden AS Donald Trump telah ancang-ancang untuk mengenakan tarif tambahan pada awal tahun depan, diluar dua aturan bea masuk yang telah dikenakan.
Jika intrik politik dari sang presiden makin terlihat, bukan tidak mungkin kekacauan ekonomi global kembali terjadi. Alhasil harga emas di pasar spot akan bergerak naik dan berimbas pada pergerakan harga emas antam.
Namun, pasar juga perlu mewaspadai kenaikan suku bunga acuan untuk keempat kalinya oleh The Fed. Pada pidato 26 September kemarin, Gubernur Jerome Powell telah memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga acuan pada Desember mendatang. Sinyal tersebut kemungkinan semakin kuat, seiring data-data ekonomi AS yang kinclong. Teranyar, tingkat pengangguran turun ke level 3,7% atau terendah sejak 1969. Jika sinyal semakin kuat, artinya dolar AS akan semakin perkasa. Kondisi tersebut tentu mendorong harga emas tertekan.
Pasar perlu mencermati faktor-faktor tersebut dalam memproyeksi harga emas antam. Mana yang lebih kuat, mana yang lebih besar peluang akan terjadi. Jika salah bertindak, maka bisa jadi anda akan merugi jika berinvestasi di komoditas tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/dru) Next Article Tak Hanya Emas, Investasi Mata Uang Ini pun Cuan Saat Krisis
Most Popular