Tembus Rp 15.252/US$, Rupiah Terlemah Sepanjang Sejarah!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 October 2018 14:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Bahkan rupiah resmi menyentuh posisi terlemah sepanjang sejarah.
Pada Senin (8/10/2018) pukul 14:10 WIB, US$ 1 berada di Rp 15.252 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,51% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.
Dilihat dari posisi penutupan, titik terlemah rupiah ada di Rp 15.250/US$ yang terjadi pada 9 Juli 1998 atau sekira 20 tahun lalu. Sekarang angka itu sudah terlampaui sehingga rupiah mencatat rekor terlemah baru sepanjang sejarah.
Faktor eksternal dan domestik menjadi penyebab pelemahan rupiah yang cukup dalam hari ini. Dari luar, keperkasaan dolar AS memang sedang sulit tertandingi. Pada pukul 14:14 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama) menguat 0,2%.
Dolar AS mendapat energi penguatan dari rilis angka pengangguran Negeri Paman Sam periode September yang sebesar 3,7%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%. Angka pengangguran di 3,7% adalah yang terendah sejak 1969.
Artinya, konsumsi dan daya beli masyarakat AS akan semakin kuat karena mereka yang mencari pekerjaan semakin mudah mendapatkannya. Ancaman inflasi pun semakin nyata, yang membuat The Federal Reserve/The Fed kian yakin untuk menaikkan suku bunga acuan.
Kenaikan suku bunga acuan akan membuat imbalan investasi di AS, utamanya di instrumen berpendapatan tetap, akan ikut terdongkrak. Akibatnya, arus modal mengarah ke dolar AS karena investor bersiap masuk ke pasar obligasi.
Sementara dari dalam negeri, sentimen negatif bagi rupiah datang dari rilis cadangan devisa. Akhir pekan lalu, Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa per akhir September sebesar US$ 114,85 miliar. Turun US$ 3,08 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Sejak awal tahun, cadangan devisa Indonesia sudah melorot US$ 17,13 miliar.
Cadangan devisa memang masih memadai dan di atas kecukupan internasional. Namun apabila terus berkurang, maka akan menimbulkan persepsi bahwa Indonesia semakin rentan menghadapi gejolak eksternal.
Menipisnya cadangan devisa membuat amunisi bank sentral untuk mengintervensi rupiah kian terbatas. Alhasil, rupiah bisa kekurangan energi untuk bisa menguat pada awal pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/dru) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (8/10/2018) pukul 14:10 WIB, US$ 1 berada di Rp 15.252 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,51% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.
Dilihat dari posisi penutupan, titik terlemah rupiah ada di Rp 15.250/US$ yang terjadi pada 9 Juli 1998 atau sekira 20 tahun lalu. Sekarang angka itu sudah terlampaui sehingga rupiah mencatat rekor terlemah baru sepanjang sejarah.
Faktor eksternal dan domestik menjadi penyebab pelemahan rupiah yang cukup dalam hari ini. Dari luar, keperkasaan dolar AS memang sedang sulit tertandingi. Pada pukul 14:14 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama) menguat 0,2%.
Dolar AS mendapat energi penguatan dari rilis angka pengangguran Negeri Paman Sam periode September yang sebesar 3,7%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%. Angka pengangguran di 3,7% adalah yang terendah sejak 1969.
Artinya, konsumsi dan daya beli masyarakat AS akan semakin kuat karena mereka yang mencari pekerjaan semakin mudah mendapatkannya. Ancaman inflasi pun semakin nyata, yang membuat The Federal Reserve/The Fed kian yakin untuk menaikkan suku bunga acuan.
Kenaikan suku bunga acuan akan membuat imbalan investasi di AS, utamanya di instrumen berpendapatan tetap, akan ikut terdongkrak. Akibatnya, arus modal mengarah ke dolar AS karena investor bersiap masuk ke pasar obligasi.
Sementara dari dalam negeri, sentimen negatif bagi rupiah datang dari rilis cadangan devisa. Akhir pekan lalu, Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa per akhir September sebesar US$ 114,85 miliar. Turun US$ 3,08 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Sejak awal tahun, cadangan devisa Indonesia sudah melorot US$ 17,13 miliar.
Cadangan devisa memang masih memadai dan di atas kecukupan internasional. Namun apabila terus berkurang, maka akan menimbulkan persepsi bahwa Indonesia semakin rentan menghadapi gejolak eksternal.
Menipisnya cadangan devisa membuat amunisi bank sentral untuk mengintervensi rupiah kian terbatas. Alhasil, rupiah bisa kekurangan energi untuk bisa menguat pada awal pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/dru) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular