Berlanjut, Rupiah Loyo 5 Hari Beruntun di Kurs Acuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 October 2018 10:37
Berlanjut, Rupiah Loyo 5 Hari Beruntun di Kurs Acuan
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan kembali melemah. Dengan begitu, rupiah sudah melemah 5 hari perdagangan beruntun di kurs acuan. 

Pada Senin (8/10/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 15.193. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan perdagangan akhir pekan lalu. 

Pelemahan rupiah di kurs acuan sudah berlangsung sejak 2 Oktober. Selama 1-8 Oktober, depresiasi rupiah mencapai 1,37%. 

Sejak awal tahun, pelemahan rupiah di kurs acuan adalah 12,19%. Sedangkan selama setahun terakhir, depresiasinya mencapai 12,51%. 

Dolar AS terus mencatat rekor terbaru di kurs acuan. Hari ini, dolar AS berada di posisi terkuat sejak Jisdor diperkenalkan pada 20 Mei 2013. 

 

Di pasar spot, rupiah pun tidak bertaji. Pada pukul 10:10 WIB, US$ ditransaksikan Rp 15.200 di mana rupiah melemah 0,16%. Ini merupakan level rupiah terlemah sejak 10 Juli 1998 atau sekira 20 tahun lalu. 

Memang sulit menandingi kedigdayaan dolar AS hari ini. Berbagai mata uang utama Asia pun tidak berdaya di hadapan greenback.

Yuan China menjadi mata uang terlemah sejauh ini.
 Depresiasi yuan yang lumayan dalam disebabkan oleh kebijakan Bank Sentral China (PBoC) yang menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 100 basis poin.

Kebijakan ini diperkirakan mampu menyuntikkan likuiditas ke sistem perekonomian sebesar CNY 1,2 triliun. Semakin membanjirnya likuiditas yuan membuat mata uang ini melemah.
 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:13 WIB: 

 

Laju dolar AS kian tak terbendung. Pada pukul 10:15 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama) masih menguat 0,09%. 

Dolar AS mendapat energi penguatan dari rilis angka pengangguran Negeri Paman Sam periode September yang sebesar 3,7%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%. Angka pengangguran di 3,7% adalah yang terendah sejak 1969. 

Artinya, konsumsi dan daya beli masyarakat AS akan semakin kuat karena mereka yang mencari pekerjaan semakin mudah mendapatkannya. Ancaman inflasi pun semakin nyata, yang membuat The Federal Reserve/The Fed kian yakin untuk menaikkan suku bunga acuan. 

Kenaikan suku bunga acuan akan membuat imbalan investasi di AS, utamanya di instrumen berpendapatan tetap, akan ikut terdongkrak. Akibatnya, arus modal mengarah ke dolar AS karena investor bersiap masuk ke pasar obligasi. 

Selain itu, faktor eksternal juga turut menopang keperkasaan dolar AS. Kisruh politik anggaran di Italia ternyata belum selesai. 

Pemerintahan Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte merencanakan anggaran 2019 dengan defisit 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih tinggi dibandingkan target tahun ini yaitu 1,6% PDB. 

Uni Eropa tidak sepakat dengan Italia. Melalui surat yang ditujukan kepada Menteri Ekonomi Italia Giovanni Tria, Komisi Uni Eropa meminta pemerintah Negeri Pizza untuk menurunkan defisit anggaran 2019 menjadi 1,4% PDB. 

"Defisit anggaran yang direncanakan pemerintah Italia melanggar kesepakatan yang direkomendasikan oleh Uni Eropa. Ini bisa menjadi sumber kekhawatiran. Kami meminta otoritas untuk memastikan rencana anggaran sesuai dengan aturan fiskal yang diterima secara umum," tulis surat tersebut, seperti dikutip Reuters. 

Namun Italia membangkang. Luigi Di Maio, Wakil Perdana Menteri Italia, berkeras untuk tetap menerapkan defisit 2,4% PDB karena pemerintah ingin memberikan subsidi yang lebih besar kepada rakyat miskin dan para pensiunan. 

"Kami tidak akan berbalik arah, karena kami melihat rencana ini tidak mengkhawatirkan bagi pasar. Tidak ada rencana B, karena kami tidak akan mundur. Kami bisa menjelaskan kebijakan ini, tetapi kami tidak akan mundur," tegas Di Maio, mengutip Reuters. 

Lagi-lagi perkembangan ini memicu perburuan dolar AS karena investor memilih mencari aman dan menghindari aset-aset berisiko. Greenback semakin punya alasan untuk terus menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular