Tinggal 1 Perak Lagi Rupiah Tembus Rp 15.200/US$
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 October 2018 09:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Dolar AS di kisaran Rp 15.200 sepertinya sudah di depan mata.
Pada Senin (8/10/2018) pukul 09:43 WIB, US$ 1 dihargai Rp 15.199 di pasar spot. Rupiah melemah 0,16% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Tinggal 1 poin lagi maka dolar AS menembus level baru di Rp 15.200.
Dolar AS di Rp 15.199 adalah yang terkuat sejak 10 Juli 1998 alias 20 tahun lalu. Hingga saat ini, posisi rupiah terlemah sepanjang sejarah adalah Rp 15.250/US$. Jika rupiah terus melemah, bukan tidak mungkin angka itu akan terlampaui.
Hari ini, depresiasi rupiah kemungkinan masih berlanjut. Sebab, dolar AS juga masih melanjutkan penguatannya. Pada pukul 09:40 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,08%.
Penguatan dolar AS didukung oleh data ekonomi yang positif. Akhir pekan lalu, Kementerian Ketenagakerjaan AS merilis angka pengangguran sebesar 3,7% pada September. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9% dan lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters di angka 3,8%. Angka pengangguran 3,7% sekaligus menjadi catatan terbaik sejak 1969.
Artinya, ada ekspektasi bahwa permintaan di AS akan naik seiring perbaikan konsumsi dan daya beli masyarakat. Ini membuat The Federal Reserve/The Fed akan semakin yakin untuk meneruskan tren kenaikan suku bunga acuan.
Kenaikan suku bunga acuan akan merangsang kenaikan imbalan investasi di AS, terutama di instrumen berpendapatan tetap. Maka tidak heran arus modal masih berkerumun di sekitar Negeri Adidaya yang membuat greenback kian perkasa.
Sementara di dalam negeri, sentimen negatif bagi rupiah datang dari rilis cadangan devisa. Akhir pekan lalu, Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa per akhir September sebesar US$ 114,85 miliar. Turun US$ 3,08 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Sejak awal tahun, cadangan devisa Indonesia sudah melorot US$ 17,13 miliar.
Cadangan devisa memang masih memadai dan di atas kecukupan internasional. Namun apabila terus berkurang, maka akan menimbulkan persepsi bahwa Indonesia semakin rentan menghadapi gejolak eksternal.
Menipisnya cadangan devisa membuat amunisi bank sentral untuk mengintervensi rupiah kian terbatas. Alhasil, rupiah bisa kekurangan energi untuk bisa menguat pada awal pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (8/10/2018) pukul 09:43 WIB, US$ 1 dihargai Rp 15.199 di pasar spot. Rupiah melemah 0,16% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Tinggal 1 poin lagi maka dolar AS menembus level baru di Rp 15.200.
Dolar AS di Rp 15.199 adalah yang terkuat sejak 10 Juli 1998 alias 20 tahun lalu. Hingga saat ini, posisi rupiah terlemah sepanjang sejarah adalah Rp 15.250/US$. Jika rupiah terus melemah, bukan tidak mungkin angka itu akan terlampaui.
Penguatan dolar AS didukung oleh data ekonomi yang positif. Akhir pekan lalu, Kementerian Ketenagakerjaan AS merilis angka pengangguran sebesar 3,7% pada September. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9% dan lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters di angka 3,8%. Angka pengangguran 3,7% sekaligus menjadi catatan terbaik sejak 1969.
Artinya, ada ekspektasi bahwa permintaan di AS akan naik seiring perbaikan konsumsi dan daya beli masyarakat. Ini membuat The Federal Reserve/The Fed akan semakin yakin untuk meneruskan tren kenaikan suku bunga acuan.
Kenaikan suku bunga acuan akan merangsang kenaikan imbalan investasi di AS, terutama di instrumen berpendapatan tetap. Maka tidak heran arus modal masih berkerumun di sekitar Negeri Adidaya yang membuat greenback kian perkasa.
Sementara di dalam negeri, sentimen negatif bagi rupiah datang dari rilis cadangan devisa. Akhir pekan lalu, Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa per akhir September sebesar US$ 114,85 miliar. Turun US$ 3,08 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Sejak awal tahun, cadangan devisa Indonesia sudah melorot US$ 17,13 miliar.
Cadangan devisa memang masih memadai dan di atas kecukupan internasional. Namun apabila terus berkurang, maka akan menimbulkan persepsi bahwa Indonesia semakin rentan menghadapi gejolak eksternal.
Menipisnya cadangan devisa membuat amunisi bank sentral untuk mengintervensi rupiah kian terbatas. Alhasil, rupiah bisa kekurangan energi untuk bisa menguat pada awal pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular