
Pengangguran Terendah Sejak 1969, Wall Street Akan Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 October 2018 20:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street berpotensi dibuka melemah pada perdagangan hari ini: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 32 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 5 dan 33 poin.
Rilis data tenaga kerja membuat pelaku pasar gencar melepas saham-saham di Negeri Paman Sam. Beberapa saat yang lalu, angka penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode September versi pemerintah AS diumumkan sebesar 134.000, dibawah estimasi Refinitiv yang sebesar 185.000. Angka ini merupakan yang terburuk sejak September 2017.
Namun di sisi lain, tingkat pengangguran justru turun menjadi 3,7% dari yang sebelumnya 3,8%. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 1969 dan lebih baik dari konsensus yang memperkirakan tingkat pengangguran tak berubah di level 3,8%.
Rendahnya tingkat pengangguran lantas mengonfirmasi bahwa perokomian AS memang sedang benar-benar 'panas'. Pada akhirnya, lagi-lagi persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve kembali mencuat.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 5 Oktober 2018, kemungkinan bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini melonjak menjadi 81,8%, dari yang sebelumnya 77,7% pada tanggal 4 Oktober.
Kenaikan suku bunga acuan yang kelewat agresif dikhawatirkan bisa 'mematikan' perekonomian AS, terlebih perang dagang dengan China masih 'berkobar'.
Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun melejit menjadi 3,21%, level tertinggi sejak 2011. Kala imbal hasil obligasi semakin menarik, investor tentu akan tertarik untuk mengalihkan dana dari pasar saham ke pasar obligasi. Hal ini juga menjadi risiko untuk pasar saham AS.
Pada pukul 23:40 WIB, anggota FOMC Raphael Bostic dijadwalkan berbicara di Financial Literacy and Economic Education Conference.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech
Rilis data tenaga kerja membuat pelaku pasar gencar melepas saham-saham di Negeri Paman Sam. Beberapa saat yang lalu, angka penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode September versi pemerintah AS diumumkan sebesar 134.000, dibawah estimasi Refinitiv yang sebesar 185.000. Angka ini merupakan yang terburuk sejak September 2017.
Namun di sisi lain, tingkat pengangguran justru turun menjadi 3,7% dari yang sebelumnya 3,8%. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 1969 dan lebih baik dari konsensus yang memperkirakan tingkat pengangguran tak berubah di level 3,8%.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 5 Oktober 2018, kemungkinan bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini melonjak menjadi 81,8%, dari yang sebelumnya 77,7% pada tanggal 4 Oktober.
Kenaikan suku bunga acuan yang kelewat agresif dikhawatirkan bisa 'mematikan' perekonomian AS, terlebih perang dagang dengan China masih 'berkobar'.
Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun melejit menjadi 3,21%, level tertinggi sejak 2011. Kala imbal hasil obligasi semakin menarik, investor tentu akan tertarik untuk mengalihkan dana dari pasar saham ke pasar obligasi. Hal ini juga menjadi risiko untuk pasar saham AS.
Pada pukul 23:40 WIB, anggota FOMC Raphael Bostic dijadwalkan berbicara di Financial Literacy and Economic Education Conference.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech
Most Popular