Jelang Akhir Pekan Tren Koreksi Obligasi Menyusut

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 October 2018 18:53
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah masih melanjutkan koreksi hari ini. Meskipun keluar data cadangan devisa domestik yang memburuk, tetapi pelemahan pasar obligasi hari ini tampaknya justru mereda. 

Data Reuters menunjukkan koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Tiga seri acuan melemah dan satu berhasil menguat. 

Seri acuan paling melemah adalah seri 15 tahun yang mengalami kenaikan yield 10 basis poin (bps) menjadi 8,55%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Seri acuan lain yang menguat adalah 5 tahun dan 20 tahun dengan penurunan yield 6 bps dan 4 bps.
 

Seri 10 tahun justru sudah berbalik menguat hari ini, setelah terkoreksi tajam hampir sepanjang pekan. Penguatan yang terjadi sangat terbatas, dengan besaran penurunan yield tipis, yaitu 0,2% bps menjadi 8,4%. 

Koreksi terjadi secara masif di pasar obligasi ketika pelaku pasar menyikapi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terhadap prediksi defisit neraca berjalan (current account deficit, CAD) akhir tahun yang mencapai 3%. 

Setelah anjlok sejak Selasa, koreksi mulai mereda hari ini meskipun sentimen negatif muncul kembali ketika pengumuman data cadangan devisa hari ini yang berkontraksi.

Cadangan devisa bank sentral turun hingga US$ 3 miliar, lebih buruk daripada ekspektasi pelaku pasar.
 

Yield Obligasi Negara Acuan 5 Oct 2018
SeriBenchmarkYield 4 Okt 2018 (%) Yield 5 Oct 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun8.1918.2536.20
FR0064 10 tahun8.4038.401-0.20
FR0065 15 tahun8.4498.55410.50
FR0075 20 tahun8.88.8414.10
Avg movement5.15
Sumber: Reuters  

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini ternyata tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).

Indeks tersebut naik 0,18 poin (0,08%) menjadi 228,02 dari posisi kemarin 228,21.
 Dengan pergerakan hari ini, selisih(spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun mencapai 519 bps, menyempit dibanding posisi kemarin 520 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,2% dan mencerminkan pelemahan harga, yang disebabkan oleh data tenaga kerja AS yang diprediksi akan membaik nanti malam dan dapat mendorong aliran investor masuk ke dalam pasar ekuitas. 

Porsi kepemilikan SBN oleh investor asing sudah mencapai Rp 856,16 triliun, berporsi 37,12% dari total SBN beredar Rp 2.306 triliun.  

Angka kepemilikan tersebut mencerminkan sudah mulai masuknya investor asing ke pasar SBN karena porsi investor asing sudah mulai kembali ke atas level psikologis 37% dan secara nominal sudah mulai positif Rp 5,31 triliun sejak akhir September, dan Rp 20,06 triliun sejak awal tahun.  

Pelemahan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga 0,43% menjadi 5.731 pada penutupan tadi sore.  

Nilai tukar rupiah juga melemah 0,07% menjadi Rp 15.175 di hadapan dolar AS, yang diperkuat dengan posisi Dollar Index yang naik 0,06% menjadi 95,81.

Dollar Index merupakan cerminan posisi dolar AS di hadapan mata uang negara utama dunia.
  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular