Akhir Pekan yang Kurang Menyenangkan Bagi Rupiah

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
05 October 2018 16:59
Akhir Pekan yang Kurang Menyenangkan Bagi Rupiah
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini. Kondisi ini seiring rilis data-data ekonomi Negeri Paman Sam yang ciamik serta proyeksi defisit transaksi berjalan di kuartal III-2018.

Pada Jumat (5/10/2018) pukul 16:00 WIB, US$ 1 ditutup pada level Rp 15.175 di pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin. 



Sementara itu, pergerakan mata uang di negara kawasan bergerak variatif. Berikut data perdagangan sejumlah mata uang Asia di hadapan greenback hingga pukul 16:32 WIB, seperti yang dikutip dari Reuters:

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang113.870,03
Yuan China6.860,29
Won Korsel1,128.500,35
Dolar Taiwan30.90(0,16)
Rupee India74.04(0,57)
Dolar Singapura1.38(0,07)
Ringgit Malaysia4.140,02
Bath Thailand32.85(0,37)
Peso Filipina54.25(0,06)


(NEXT)

Keperkasaan dolar AS hari ini ditunjang rilis data ekonomi Negeri Paman Sam yang bagus. US Census Bureau melaporkan, pemesanan terhadap barang-barang buatan AS pada Agustus naik 2,3% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini merupakan kenaikan bulanan tertinggi sejak September 2017.
 
Kemudian, jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 29 September turun 8.000 ke 207.000. Lebih baik dibandingkan konsensus yang dihimpun Reuters, yaitu jumlah klaim sebanyak 213.000.
 
Belum lagi angka pengangguran yang akan dirilis malam ini waktu Indonesia, yang juga diperkirakan membaik. Konsensus Reuters memperkirakan angka pengangguran September di 3,8%, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%. Data-data ekonomi ini memberi keyakinan bahwa The Federal Reserve/The Fed tetap akan di jalur menaikkan suku bunga acuan secara bertahap.
 
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps pada rapat 19 Desember mencapai 80,1%. Kondisi ini tentu jadi angin segar bagi penguatan greenback karena aliran dana asing cenderung memilih pulang kampung ke AS.
 
 
Tekanan lain datang dari proyeksi defisit CAD di kuartal III tahun 2018. Pada periode tersebut, kemungkinan besar defisit transaksi berjalan tetap cukup dalam seperti kuartal sebelumnya yang mencapai 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
 
Seiring defisit neraca perdagangan di Juli dan Agustus 2018 yang masing-masing sebesar US$ 2,03 miliar dan US$1,02 miliar. Pada September ini, diperkirakan tekanan terhadap neraca perdagangan datang dari tingginya harga minyak dunia.
 
Sepanjang September, harga minyak jenis brent melonjak 8,74% secara point-to-point. Ini tentu memberatkan neraca perdagangan Indonesia, negara yang berstatus sebagai net importir minyak.
 
Neraca perdagangan yang defisit akan mempengaruhi transaksi berjalan. Hasilnya, rupiah berpotensi tertekan karena minimnya sokongan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Faktor ini yang membuat investor cemas, sehingga rupiah terkena imbasnya. Di akhir pekan ini, rupiah pun ditutup melemah.
 
 

(alf/dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular