
Dolar AS dan US Treasury Tekan Pasar Obligasi Domestik
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 October 2018 10:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi di penghujung pekan ini di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan melemahnya pasar obligasi Negeri Paman Trump.
Data Reuters menunjukkan koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah seri 15 tahun dengan kenaikan yield 13 basis poin (bps) menjadi 8,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga terkoreksi, yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun dengan kenaikan yield 5 bps, 1 bps, dan 6 bps menjadi 8,24%, 8,41%, dan 8,86%.
Sumber: Reuters
Pelemahan pasar SBN hari ini terjadi seiring dengan pelemahan rupiah 0,07% menjadi Rp 15.175 per dolar AS dan ketika Dollar Index menguat 0,03% menjadi 95,78.
Dollar Index menunjukkan posisi dolar AS terhadap mata uang utama dunia.
Di AS juga, pasar obligasi pemerintahnya masih terkoreksi sehingga posisi yield-nya masih berada di posisi tertinggi sejak 2011, yaitu 3,19%.
Koreksi di pasar obligasi AS terjadi karena ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yang positif. Dengan pergerakan pasar hingga pagi ini, selisih(spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun mencapai 519 bps.
Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek karena investasi di pasar SBN rupiah saat ini menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Koreksi Pasar SBN Sudah Diprediksi
Sebelumnya, pelaku pasar memprediksi pasar obligasi rupiah pemerintah akan kembali tertekan hari ini akibat melemahnya pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat dan depresiasi nilai tukar rupiah.
Untuk itu, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono dalam risetnya merekomendasi pelaku pasar SBN untuk menunggu (wait and see).
Dia mengatakan ada tiga faktor yang juga akan diperhatikan pelaku pasar yaitu antisipasi jelang rilis data nonfarm payroll AS (nanti malam) dan jelang rilis data cadangan devisa Indonesia (nanti sore).
"Dan adanya lelang SBN pekan depan yang berpotensi memberikan sentimen negatif lanjutan pada pergerakan harga SBN di awal pekan depan," ujar Dhian.
Dia mengatakan pelemahan SBN di pasar sekunder kemarin membuat harga tenor pendek turun hingga 19,40 bps dan penurunan harga tenor menengah dan panjang 74,73 bps dan 78,86 bps.
Pelemahan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga 0,3% menjadi 5.739 siang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Data Reuters menunjukkan koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang paling melemah adalah seri 15 tahun dengan kenaikan yield 13 basis poin (bps) menjadi 8,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga terkoreksi, yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun dengan kenaikan yield 5 bps, 1 bps, dan 6 bps menjadi 8,24%, 8,41%, dan 8,86%.
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Oct 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 4 Okt 2018 (%) | Yield 5 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.191 | 8.242 | 5.10 |
FR0064 | 10 tahun | 8.403 | 8.419 | 1.60 |
FR0065 | 15 tahun | 8.449 | 8.587 | 13.80 |
FR0075 | 20 tahun | 8.8 | 8.865 | 6.50 |
Avg movement | 6.75 |
Pelemahan pasar SBN hari ini terjadi seiring dengan pelemahan rupiah 0,07% menjadi Rp 15.175 per dolar AS dan ketika Dollar Index menguat 0,03% menjadi 95,78.
Dollar Index menunjukkan posisi dolar AS terhadap mata uang utama dunia.
Di AS juga, pasar obligasi pemerintahnya masih terkoreksi sehingga posisi yield-nya masih berada di posisi tertinggi sejak 2011, yaitu 3,19%.
Koreksi di pasar obligasi AS terjadi karena ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yang positif. Dengan pergerakan pasar hingga pagi ini, selisih(spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun mencapai 519 bps.
Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek karena investasi di pasar SBN rupiah saat ini menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Koreksi Pasar SBN Sudah Diprediksi
Sebelumnya, pelaku pasar memprediksi pasar obligasi rupiah pemerintah akan kembali tertekan hari ini akibat melemahnya pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat dan depresiasi nilai tukar rupiah.
Untuk itu, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono dalam risetnya merekomendasi pelaku pasar SBN untuk menunggu (wait and see).
Dia mengatakan ada tiga faktor yang juga akan diperhatikan pelaku pasar yaitu antisipasi jelang rilis data nonfarm payroll AS (nanti malam) dan jelang rilis data cadangan devisa Indonesia (nanti sore).
"Dan adanya lelang SBN pekan depan yang berpotensi memberikan sentimen negatif lanjutan pada pergerakan harga SBN di awal pekan depan," ujar Dhian.
Dia mengatakan pelemahan SBN di pasar sekunder kemarin membuat harga tenor pendek turun hingga 19,40 bps dan penurunan harga tenor menengah dan panjang 74,73 bps dan 78,86 bps.
Pelemahan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga 0,3% menjadi 5.739 siang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular