
Arab Saudi Dan Rusia Setuju Naikkan Produksi Minyak
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 October 2018 20:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dan Arab Saudi mencapai kesepakatan pribadi pada bulan September untuk meningkatkan produksi minyak demi meredam kenaikan harga. Kedua negara menyampaikan hal itu pada Amerika Serikat (AS) sebelum pertemuan di Aljazair dengan produsen lain, kata empat sumber yang akrab dengan rencana tersebut.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah menuduh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyebabkan harga minyak mentah tinggi dan menyerukannya untuk meningkatkan produksi demi menurunkan biaya bahan bakar sebelum pemilihan kongres AS pada 6 November.
Kesepakatan itu menekankan bagaimana kuatnya Rusia dan Arab Saudi memutuskan kebijakan produksi minyak secara bilateral, sebelum berkonsultasi dengan sisa OPEC.
Sumber-sumber itu mengatakan Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih dan rekan Rusia-nya, Alexander Novak, dalam serangkaian pertemuan setuju untuk meningkatkan output dari September hingga Desember karena harga minyak mentah menuju ke US$ 80 per barel. Melansir Reuters, saat ini harganya lebih dari US$85.
"Rusia dan Saudi setuju untuk menambah beberapa barel ke pasar secara diam-diam supaya mereka tidak seolah bertindak atas perintah Trump untuk memproduksi lebih banyak," kata salah satu sumber.
"Menteri Saudi mengatakan (Sekretaris Energi AS, Rick) Perry bahwa Arab Saudi akan meningkatkan produksi jika pelanggannya meminta lebih banyak minyak," kata sumber lain.
Awalnya, kedua negara berharap untuk mengumumkan peningkatan keseluruhan 500.000 barel per hari (bpd) dari OPEC yang dipimpin Saudi dan non-OPEC Rusia pada pertemuan para menteri minyak di Aljazair pada akhir September.
Tetapi karena adanya penolakan dari beberapa anggota OPEC, termasuk Iran yang terkena sanksi AS, mereka memutuskan untuk menunda keputusan resmi sampai pertemuan penuh OPEC pada bulan Desember diadakan.
Sejak itu, Reuters telah melaporkan bahwa Riyadh berencana untuk meningkatkan produksi sekitar 200.000 bph hingga 300.000 bph dari September untuk menggantikan output Iran yang lebih rendah karena terkena sanksi.
Output Rusia naik 150.000 bpd pada bulan September.
"Saya berharap produksi minyak Rusia akan berkisar sekitar 11,4 hingga 11,6 juta barel per hari sampai akhir 2018 dan dapat meningkat lebih lanjut menjadi 11,8 juta barel per hari pada 2019," kata sebuah sumber di sebuah perusahaan minyak besar Rusia.
Rusia menghasilkan 11,36 juta bph pada September, naik dari 11,21 juta bpd pada Agustus, data Kementerian Energi menunjukkan.
(hps/hps) Next Article Gawat! Harga Minyak Dunia Terbang Tinggi ke US$ 90, Ini Pemicunya
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah menuduh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyebabkan harga minyak mentah tinggi dan menyerukannya untuk meningkatkan produksi demi menurunkan biaya bahan bakar sebelum pemilihan kongres AS pada 6 November.
Kesepakatan itu menekankan bagaimana kuatnya Rusia dan Arab Saudi memutuskan kebijakan produksi minyak secara bilateral, sebelum berkonsultasi dengan sisa OPEC.
"Rusia dan Saudi setuju untuk menambah beberapa barel ke pasar secara diam-diam supaya mereka tidak seolah bertindak atas perintah Trump untuk memproduksi lebih banyak," kata salah satu sumber.
"Menteri Saudi mengatakan (Sekretaris Energi AS, Rick) Perry bahwa Arab Saudi akan meningkatkan produksi jika pelanggannya meminta lebih banyak minyak," kata sumber lain.
Awalnya, kedua negara berharap untuk mengumumkan peningkatan keseluruhan 500.000 barel per hari (bpd) dari OPEC yang dipimpin Saudi dan non-OPEC Rusia pada pertemuan para menteri minyak di Aljazair pada akhir September.
Tetapi karena adanya penolakan dari beberapa anggota OPEC, termasuk Iran yang terkena sanksi AS, mereka memutuskan untuk menunda keputusan resmi sampai pertemuan penuh OPEC pada bulan Desember diadakan.
Sejak itu, Reuters telah melaporkan bahwa Riyadh berencana untuk meningkatkan produksi sekitar 200.000 bph hingga 300.000 bph dari September untuk menggantikan output Iran yang lebih rendah karena terkena sanksi.
Output Rusia naik 150.000 bpd pada bulan September.
"Saya berharap produksi minyak Rusia akan berkisar sekitar 11,4 hingga 11,6 juta barel per hari sampai akhir 2018 dan dapat meningkat lebih lanjut menjadi 11,8 juta barel per hari pada 2019," kata sebuah sumber di sebuah perusahaan minyak besar Rusia.
Rusia menghasilkan 11,36 juta bph pada September, naik dari 11,21 juta bpd pada Agustus, data Kementerian Energi menunjukkan.
Sebelumnya, Menteri Energi Qatar membela strategi pasar minyak OPEC, dengan mengatakan kesepakatan antara kelompok penghasil minyak dan produsen non-OPEC tidak ditujukan untuk memanipulasi harga minyak.
"OPEC tidak mencoba memanipulasi harga, mereka mencoba untuk membawa menyeimbangkan di pasar," kata Mohammad Bin Saleh Al-Sada, Menteri Energi dan Industri Qatar, dilansir dari CNBC International, Rabu (3/10/2018).
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berargumentasi bahwa kesepakatan OPEC dan non-OPEC untuk mengekang produksi pada akhir 2016. Dibuat dalam upaya untuk mendukung harga dan menyeimbangkan dinamika penawaran dan permintaan pasar minyak. Tetapi justru merugikan konsumen. Dia telah meminta pemimpin de facto OPEC, Saudi Arabia, dan Rusia, untuk meningkatkan produksi.
Al-Sada mengatakan harga minyak yang rendah tidak selalu memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi global.
"Ketika OPEC mengambil langkah untuk membatasi produksi dari ujungnya, serta beberapa negara sekutu (penghasil minyak). Hal itu dimaksudkan untuk mencukur stok ekstra berlebihan yang berada pada rekor tinggi dan menekan harga minyak. Depresi "Harga minyak mengarah ke apa? (Apakah itu) mengarah ke ekonomi dunia yang lebih baik ?," katanya pada panel acara Pekan Energi Rusia di Moskow.
"Bahkan, ada catatan terburuk untuk ekonomi global selama penurunan harga minyak," katanya.
"Sekarang selama perjalanan pemulihan harga minyak terlihat yang terjadi adalah keseimbangan (di pasar) antara pasokan dan permintaan. Sekarang, ekonomi dunia sedang dalam kondisi terbaiknya," tambahnya.
"OPEC tidak mencoba memanipulasi harga, mereka mencoba untuk membawa menyeimbangkan di pasar," kata Mohammad Bin Saleh Al-Sada, Menteri Energi dan Industri Qatar, dilansir dari CNBC International, Rabu (3/10/2018).
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berargumentasi bahwa kesepakatan OPEC dan non-OPEC untuk mengekang produksi pada akhir 2016. Dibuat dalam upaya untuk mendukung harga dan menyeimbangkan dinamika penawaran dan permintaan pasar minyak. Tetapi justru merugikan konsumen. Dia telah meminta pemimpin de facto OPEC, Saudi Arabia, dan Rusia, untuk meningkatkan produksi.
Al-Sada mengatakan harga minyak yang rendah tidak selalu memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi global.
"Ketika OPEC mengambil langkah untuk membatasi produksi dari ujungnya, serta beberapa negara sekutu (penghasil minyak). Hal itu dimaksudkan untuk mencukur stok ekstra berlebihan yang berada pada rekor tinggi dan menekan harga minyak. Depresi "Harga minyak mengarah ke apa? (Apakah itu) mengarah ke ekonomi dunia yang lebih baik ?," katanya pada panel acara Pekan Energi Rusia di Moskow.
"Bahkan, ada catatan terburuk untuk ekonomi global selama penurunan harga minyak," katanya.
"Sekarang selama perjalanan pemulihan harga minyak terlihat yang terjadi adalah keseimbangan (di pasar) antara pasokan dan permintaan. Sekarang, ekonomi dunia sedang dalam kondisi terbaiknya," tambahnya.
(hps/hps) Next Article Gawat! Harga Minyak Dunia Terbang Tinggi ke US$ 90, Ini Pemicunya
Most Popular