Gubernur BI: Tiupan Angin Global Bawa Dolar ke Rp 15.000
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
03 October 2018 11:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang tengah melemah. Hal ini disebabkan kencangnya 'tiupan angin' global.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan tiupan angin global tersebut yang paling kencang adalah karena kenaikan bunga acuan AS.
"Bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan, tahun ini sudah 3 kali. Kemudian Desember naik lagi suku bunga dan tahun depan 2 kali, serta 2020 sekali," papar Perry di Gedung DPR, Rabu (3/10/2018).
"Dengan suku bunga naik, sementara yang lain belum naik, ya wajar investor global dari negara berkembng termasuk Indonesia kembali ke AS," imbuh Perry.
"Faktor ini menimbulkan dolar the only currency mata uang yang kuat. Itu kenapa terjadi outflow termasuk di Indonesia dan dibawa ke AS."
Menurut Perry, tiupan angin global ini susah dibendung. Hal inilah yang membawa dolar AS meroket.
"Ini sebabkan kenapa memang seluruh dunia alami tekanan nilai tukar. Tidak hanya dolar strong, tapi karena aliran modal keluar. Itu tiupan angin dari global," papar Perry.
Ia mengaku terus memantau pergerakan rupiah. Sampai saat ini Perry mengklaim pelemahan rupiah tidak menimbulkan kenaikan harga.
"Meski pertumbuhan 5% kapasitas ekonomi masih cukup jadi tidak sebabkan tekanan harga," kata Perry.
(dru/dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan tiupan angin global tersebut yang paling kencang adalah karena kenaikan bunga acuan AS.
"Bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan, tahun ini sudah 3 kali. Kemudian Desember naik lagi suku bunga dan tahun depan 2 kali, serta 2020 sekali," papar Perry di Gedung DPR, Rabu (3/10/2018).
![]() |
"Dengan suku bunga naik, sementara yang lain belum naik, ya wajar investor global dari negara berkembng termasuk Indonesia kembali ke AS," imbuh Perry.
Menurut Perry, tiupan angin global ini susah dibendung. Hal inilah yang membawa dolar AS meroket.
"Ini sebabkan kenapa memang seluruh dunia alami tekanan nilai tukar. Tidak hanya dolar strong, tapi karena aliran modal keluar. Itu tiupan angin dari global," papar Perry.
Ia mengaku terus memantau pergerakan rupiah. Sampai saat ini Perry mengklaim pelemahan rupiah tidak menimbulkan kenaikan harga.
"Meski pertumbuhan 5% kapasitas ekonomi masih cukup jadi tidak sebabkan tekanan harga," kata Perry.
(dru/dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular