
Data Ekonomi China Mengkhawatirkan, Bursa Singapura Koreksi
Roy Franedya, CNBC Indonesia
02 October 2018 08:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Singapura dibuka koreksi pada perdagangan hari ini (2/10/2018). Indeks Straits Times (STI) dibuka turun 0,18% ke level 3.248,5 poin.
Pelemahan bursa Singapura pada pembukaan perdagangan ini dikarenakan terjerembabnya 5 sektor ke zona merah dan hanya dua sektor yang berhasil ke zona hijau.
Pelemahan bursa saham Singapura dipimpin sektor teknologi yang turun 0,97%, sektor jasa keuangan atau finansial koreksi 0,57% dan sektor konsumer kebutuhan harian turun 0,47%.
Pelemahan bursa Singapura dikarena sentimen eksternal terutama dari China. Indeks manufaktur PMI China edisi September 2018 jatuh ke angka 50,8. Level itu merupakan yang terendah dalam 7 bulan terakhir, atau jauh di bawah konsensus Reuters yang memperkirakan 51,2.
Data serupa yang dikeluarkan swasta versi Caixin/Markit (yang berfokus pada perusahaan kecil dan menengah, yang vital bagi penciptaan lapangan kerja China) juga menunjukkan pelemahan ke angka 50 pada September. Juga lebih rendah dari konsensus Reuters yang sebesar 50,5.
Perlambatan indeks manufaktur di Negeri Panda tidak lepas dari pemesanan barang ekspor yang melambat angka 48 pada September, dari sebelumnya 49,4 pada Agustus. Dengan capaian itu, pemesanan barang ekspor sudah terkontraksi selama 4 bulan berturut-turut. Data-data ini semakin mengonfirmasi bahwa perang dagang AS vs China telah mendinginkan perekonomian Negeri Tirai Bambu.
(roy/roy) Next Article Libur Imlek, Bursa Saham Jepang Dibuka Cerah
Pelemahan bursa Singapura pada pembukaan perdagangan ini dikarenakan terjerembabnya 5 sektor ke zona merah dan hanya dua sektor yang berhasil ke zona hijau.
Pelemahan bursa saham Singapura dipimpin sektor teknologi yang turun 0,97%, sektor jasa keuangan atau finansial koreksi 0,57% dan sektor konsumer kebutuhan harian turun 0,47%.
Data serupa yang dikeluarkan swasta versi Caixin/Markit (yang berfokus pada perusahaan kecil dan menengah, yang vital bagi penciptaan lapangan kerja China) juga menunjukkan pelemahan ke angka 50 pada September. Juga lebih rendah dari konsensus Reuters yang sebesar 50,5.
Perlambatan indeks manufaktur di Negeri Panda tidak lepas dari pemesanan barang ekspor yang melambat angka 48 pada September, dari sebelumnya 49,4 pada Agustus. Dengan capaian itu, pemesanan barang ekspor sudah terkontraksi selama 4 bulan berturut-turut. Data-data ini semakin mengonfirmasi bahwa perang dagang AS vs China telah mendinginkan perekonomian Negeri Tirai Bambu.
(roy/roy) Next Article Libur Imlek, Bursa Saham Jepang Dibuka Cerah
Most Popular