Ramai Sentimen Positif, Yield Obligasi Turun di Bawah 8%

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
01 October 2018 19:09
Masuknya investor baik asing maupun domestik ke pasar SBN disebabkan harga yang sudah sangat terdiskon.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup semakin menguat pada perdagangan surat utang hari ini, menandai aksi beli investor asing sejak posisiharga terendahpada pertengahan September. 

Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.

Seri yang paling menguat adalah seri acuan 5 tahun yang mengalami penurunan yield 25 bps menjadi 7,9%, sekaligus membawa yield seri tersebut kembali ke bawah level psikologis 8% sejak 31 Agustus 2018. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Seri lain juga menguat, yaitu seri 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun dengan penurunan 18 bps, 9 bps, dan 12 bps menjadi 8,02%, 8,26%, dan 8,47%.

 Yield Obligasi Negara Acuan 1 Oct 2018
SeriBenchmarkYield 28 Sep 2018 (%) Yield 1 Oct 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.1587.904-25.40
FR006410 tahun8.2088.026-18.20
FR006515 tahun8.3578.263-9.40
FR007520 tahun8.6068.478-12.80
Avg movement-16.45
Sumber: Reuters 

Yield obligasi seri acuan berada pada posisi tertingginya sejak awal tahun pada pertengahan September. Yield seri 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun berada pada 8,45%, 8,51%, 8,78%, dan 9,12% pada 7-12 September. Posisi itu juga menjadi yield tertinggi sejak awal 2016. 

Siswa Rizali, Direktur Utama PT Asanusa Asset Management, menilai masuknya investor baik asing maupun domestik ke pasar SBN disebabkan harga yang sudah sangat terdiskon. 

"Capital gain [keuntungan modal] investor sudah lebih dari 3% dari titik harga terendah [pada pertengahan September]," ujarnya.

Sejak posisi yield tertinggi, seri-seri acuan itu sudah mengalami penurunan yield 49 bps-65 bps. Namun, menurutnya penguatan pasar SBN yang masih terjadi akan segera diuji oleh sentimen pelaku pasar ketika keluarnya data cadagang devisa valas yang akan diumumkan pada 5 Oktober. 

Menurut dia, tanpa adanya pencairan utang luar negeri maka nilai cadangan devisa bank sentral akan turun. 

Spread yang masih lebar tersebut tampaknya sudah membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek, yang tempaknya sudah terjadi perlahan.

Rebalancing tersebut terjadi karena karena harga SBN sudah lebih murah dan yield sudah lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. 

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).

Indek tersebut naik 1,42 poin (0,62%) menjadi 230,77 dari posisi kemarin 229,34. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa ke bawah level psikologis 500 bps, yaitu mencapai 494 bps, menyempit dari posisi kemarin 515 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,08%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 850,85 triliun SBN rupiah 36,89% dari total beredar Rp 2.306 triliun. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang yang justru terkoreksi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,53% menjadi 5.944 hingga penutupan tadi sore, dan nilai tukar rupiah melemah 0,03% menjadi Rp 14.905 di hadapan dolar AS.   

Besok pemerintah berniat melelang enam seri surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) dalam lelang rutin. Target yang dipatok Rp 4 triliun dari penawaran dua seri SPN-syariah dan empat seri sukuk berbasis proyek (project based sukuk/PBS).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Prestasi Dalam Negeri, Angkat Obligasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular