
Awal Oktober, Rupiah Berhasil Jaya di Hadapan SGD
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
01 October 2018 09:38

Jakarta, CNBC Indonesia- Mengawali bulan Oktober ini, kurs rupiah berhasil menguat di hadapan dolar Singapura. Efek dari kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI), berhasil menarik minat investor untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Pada Senin (1/10/2018), pukul 09:17 WIB, SG$ 1 pada pasar spot ditransaksikan di Rp 10.896,26. Rupiah menguat 0,04 % dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Kamis akhir pekan lalu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5,75%. Tujuannya agar pasar keuangan Indonesia tetap menarik di mata investor, pasca bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve/The Fed juga ikut menaikkan suku bunga acuan.
Efek dari kenaikan ini mulai membuahkan hasil. Instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi menjadi buruan investor, tak terkecuali Obligasi pemerintah tenor 10 tahun. Pagi ini, yield obligasi bergerak turun ke posisi 8,127% dari sebelumnya 8,208%. Penurunan yield diakibatkan harga bergerak naik dipengaruhi tingginya permintaan di pasar sekunder.
Sementara di pihak lain, obligasi pemerintah Singapura dengan tenor yang sama justru bergerak naik. Posisi yield berada di level 2,524% dari sebelumnya 2,513%. Kenaikan ini mengidikasikan, harga obligasi turun akibat menurunnya permintaan atau investor yang melepas kepemilkannya.
Kondisi ini disinyalir ikut berpengaruh terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Singapura. Mata uang garuda pun mampu berjaya dan mengakhiri tren pelemahan pada pekan lalu.
Sementara itu, Penguatan mulai berdampak kepada penurunan harga jual dolar Singapura di bawah level Rp 11.000/SG$. Berikut data kurs dolar Singapura di empat bank utama nasional hingga pukul 09:30 WIB:
Pada Senin (1/10/2018), pukul 09:17 WIB, SG$ 1 pada pasar spot ditransaksikan di Rp 10.896,26. Rupiah menguat 0,04 % dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Efek dari kenaikan ini mulai membuahkan hasil. Instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi menjadi buruan investor, tak terkecuali Obligasi pemerintah tenor 10 tahun. Pagi ini, yield obligasi bergerak turun ke posisi 8,127% dari sebelumnya 8,208%. Penurunan yield diakibatkan harga bergerak naik dipengaruhi tingginya permintaan di pasar sekunder.
Sementara di pihak lain, obligasi pemerintah Singapura dengan tenor yang sama justru bergerak naik. Posisi yield berada di level 2,524% dari sebelumnya 2,513%. Kenaikan ini mengidikasikan, harga obligasi turun akibat menurunnya permintaan atau investor yang melepas kepemilkannya.
Kondisi ini disinyalir ikut berpengaruh terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Singapura. Mata uang garuda pun mampu berjaya dan mengakhiri tren pelemahan pada pekan lalu.
Sementara itu, Penguatan mulai berdampak kepada penurunan harga jual dolar Singapura di bawah level Rp 11.000/SG$. Berikut data kurs dolar Singapura di empat bank utama nasional hingga pukul 09:30 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 10.683,00 | Rp 11.005,00 |
Bank BNI | Rp 10.775,00 | Rp 11.035,00 |
Bank BRI | Rp 10.827,86 | Rp 10.986,07 |
Bank BCA | Rp 10.736,00 | Rp 10.964,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/dru) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
Most Popular