
Indeks Manufaktur Melemah, IHSG Dibuka di Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 October 2018 09:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,43% ke level 5.950,86. Performa IHSG berbanding terbalik dengan bursa saham utama kawasan Asia yang dibuka di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,22%, indeks Strait Times naik 0,17% dan indeks Kospi naik 0,28%.
Penguatan bursa saham Benua Kuning didukung oleh rilis data ekonomi yang positif. Pada hari Jumat (28/9/2018), tingkat pengangguran di Jepang periode Agustus diumumkan sebesar 2,4%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,5%.
Di Singapura, penyaluran kredit perbankan membaik menjadi SG$ 669,9 miliar pada bulan Agustus, dari yang sebelumnya SG$ 667,5 miliar pada bulan Juli. Capaian pada bulan Juli tersebut merupakan yang terendah dalam 4 bulan.
Penyaluran kredit kepada sektor bisnis naik menjadi SG$ 404,7 miliar, dari yang sebelumnya SG$ 402,5 miliar. Sementara itu, penyaluran kredit kepada konsumen naik menjadi SG$ 265,2 miliar, dari yang sebelumnya SG$ 265,1 miliar.
Sementara di Korea Selatan, pada pagi hari ini Nikkei Manufacturing PMI periode September diumumkan sebesar 51,3, mengalahkan capaian periode sebelumnya yang sebesar 49,9.
Dari dalam negeri, rilis data indeks manfuaktur yang lemah membuat bursa saham ditinggal investor. Pada pagi ini, Nikkei Manufacturing PMI periode September diumumkan di level 50,7, lebih rendah dari capaian bulan Agustus yang sebesar 51,9.
Sebagai informasi, data di atas 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara data di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi.
Pada bulan September, aktivitas manufaktur Indonesia memang masih mencatatkan ekspansi, namun tak sekencang ekspansi pada bulan Agustus.
Selain itu, investor juga bermain aman sembari menantikan rilis data inflasi periode September pada pukul 11:00 WIB nanti oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), pada bulan September justru terjadi deflasi sebesar 0,06% MoM.
"Survei pekan keempat menunjukkan deflasi 0,06% sehingga year on year tingkat inflasi sebesar 3,02%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Jumat (28/9/2018).
Sementara itu, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan deflasi sebesar 0,02% MoM sepanjang bulan lalu. Sementara secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 3,055%.
Rilis data inflasi akan dijadikan acuan oleh investor untuk mengukur tingkat konsumsi masyarakat. Jika data inflasi ternyata lebih rendah dari perkiraan, konsumsi masyrakat bisa dinilai lemah sehingga saham-saham, khususnya yang berada dalam sektor barang konsumsi, dilepas investor.
Dari sisi eksternal, investor akan mencermati jalannya negosiasi antara AS dengan Kanada terkait dengan perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA). CNBC International melaporkan bahwa pejabat pemerintahan AS dan Kanada pada hari minggu (30/9/2018) mencoba untuk menemukan jalan keluar dari isu-isu yang sulit diselesaikan.
Pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Kanada harus menandatangani pembaruan NAFTA paling telat pada Minggu malam waktu setempat atau akan dikecualikan dari perjanjian dagang yang juga berisi Meksiko tersebut.
Sebagai informasi, Meksiko sebelumnya sudah menyetujui pembaruan NAFTA dengan AS. Salah satu poin kesepakatan AS-Meksiko adalah di sektor otomotif. Kandungan dalam negeri dalam produk otomotif dinaikkan dari 62,5% menjadi 75%. Ini akan menggairahkan produksi otomotif di kedua negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Penguatan bursa saham Benua Kuning didukung oleh rilis data ekonomi yang positif. Pada hari Jumat (28/9/2018), tingkat pengangguran di Jepang periode Agustus diumumkan sebesar 2,4%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,5%.
Di Singapura, penyaluran kredit perbankan membaik menjadi SG$ 669,9 miliar pada bulan Agustus, dari yang sebelumnya SG$ 667,5 miliar pada bulan Juli. Capaian pada bulan Juli tersebut merupakan yang terendah dalam 4 bulan.
Sementara di Korea Selatan, pada pagi hari ini Nikkei Manufacturing PMI periode September diumumkan sebesar 51,3, mengalahkan capaian periode sebelumnya yang sebesar 49,9.
Dari dalam negeri, rilis data indeks manfuaktur yang lemah membuat bursa saham ditinggal investor. Pada pagi ini, Nikkei Manufacturing PMI periode September diumumkan di level 50,7, lebih rendah dari capaian bulan Agustus yang sebesar 51,9.
Sebagai informasi, data di atas 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara data di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi.
Pada bulan September, aktivitas manufaktur Indonesia memang masih mencatatkan ekspansi, namun tak sekencang ekspansi pada bulan Agustus.
Selain itu, investor juga bermain aman sembari menantikan rilis data inflasi periode September pada pukul 11:00 WIB nanti oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), pada bulan September justru terjadi deflasi sebesar 0,06% MoM.
"Survei pekan keempat menunjukkan deflasi 0,06% sehingga year on year tingkat inflasi sebesar 3,02%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Jumat (28/9/2018).
Sementara itu, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan deflasi sebesar 0,02% MoM sepanjang bulan lalu. Sementara secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 3,055%.
Rilis data inflasi akan dijadikan acuan oleh investor untuk mengukur tingkat konsumsi masyarakat. Jika data inflasi ternyata lebih rendah dari perkiraan, konsumsi masyrakat bisa dinilai lemah sehingga saham-saham, khususnya yang berada dalam sektor barang konsumsi, dilepas investor.
Dari sisi eksternal, investor akan mencermati jalannya negosiasi antara AS dengan Kanada terkait dengan perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA). CNBC International melaporkan bahwa pejabat pemerintahan AS dan Kanada pada hari minggu (30/9/2018) mencoba untuk menemukan jalan keluar dari isu-isu yang sulit diselesaikan.
Pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Kanada harus menandatangani pembaruan NAFTA paling telat pada Minggu malam waktu setempat atau akan dikecualikan dari perjanjian dagang yang juga berisi Meksiko tersebut.
Sebagai informasi, Meksiko sebelumnya sudah menyetujui pembaruan NAFTA dengan AS. Salah satu poin kesepakatan AS-Meksiko adalah di sektor otomotif. Kandungan dalam negeri dalam produk otomotif dinaikkan dari 62,5% menjadi 75%. Ini akan menggairahkan produksi otomotif di kedua negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Most Popular