Obat Kuat BI Bekerja, Rupiah Terbaik Keempat di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 September 2018 16:42
Obat Kuat BI Bekerja, Rupiah Terbaik Keempat di Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat pada perdagangan akhir pekan ini. Faktor domestik memang sedang mendukung rupiah ke arah penguatan. 

Pada Jumat (28/9/2018), US$ 1 berada di Rp 14.900 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,08% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya. 

Saat pembukaan pasar spot, rupiah melemah 0,12%. Namun rupiah tidak terlalu lama betah di zona merah, karena jelang tengah hari saja rupiah sudah mampu menguat. 

Penguatan hari ini sekaligus membuat rupiah lebih baik dibandingkan kemarin, yang melemah 0,08%. Bahkan kemarin rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia. 


Hari ini, posisi terkuat rupiah ada di Rp 14.885/US$ sedangkan terlemahnya adalah Rp 14.935/US$. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah pada perdagangan akhir pekan ini: 

 

Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun mampu menguat di hadapan dolar AS. Hanya dolar Hong Kong, yen Jepang, dan rupee India yang melemah. 

Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan penguatan tertajam, disusul oleh baht Thailand dan dolar Taiwan. Rupiah tidak jelek-jelek amat, menjadi terbaik keempat di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 16:12 WIB: 

 

Sebenarnya dolar AS sedang perkasa. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,27% pada pukul 16:17 WIB. 

Keputusan The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25% menjadi katalis bagi penguatan dolar AS. Kenaikan suku bunga akan menaikkan imbalan berinvestasi terutama di instrumen berpendapatan tetap. Oleh karena itu, arus modal tetap condong ke AS karena investor berharap cuan dari kenaikan suku bunga. 

Namun itu sepertinya tidak berlaku di Asia. Sebab, sejumlah otoritas moneter Benua Kuning juga responsif dengan ikut menaikkan suku bunga acuan. 

Salah satunya adalah Bank Indonesia (BI). Kemarin, BI menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,75%. Sejak awal tahun, kenaikan suku bunga acuan sudah mencapai 150 bps. 

Seperti di AS, obat kuat ini juga mampu menarik aliran dana masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar obligasi, arus modal masuk terlihat dari pergerakan imbal hasil (yield) yang cenderung turun. 

Pada pukul 16:23 WIB, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 3 tahun turun 3,3 bps. Kemudian tenor 5 tahun turun 1,6 bps, 15 tahun turun 1,4 bps, dan 20 tahun turun 3,7 bps. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena maraknya permintaan. 

Ternyata tidak hanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi, instrumen penuh ririko seperti saham pun diminati. Ini menandakan investor sedang penuh gairah, risk appetite sedang tinggi, dan mau mengambil risiko. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,79%. Penguatan ini tidak lepas dari tingginya arus modal dari luar, di mana investor asing mencatatkan beli bersih yang lumayan tinggi yaitu Rp 885,59 miliar. 

Pasar keuangan yang semarak menjadi kado akhir pekan yang indah bagi Indonesia. Kini Indonesia punya modal yang bagus untuk menyongsong pekan yang baru, yang tentunya tidak kalah menantang.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular