Efek Kebijakan The Fed Masih Terasa, Bursa Hong Kong Koreksi

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
27 September 2018 11:57
Tepat setelah kenaikan oleh bank sentral de facto kota.
Foto: Reuters
Hong Kong, CNBC Indonesia - Indeks berakhir lebih rendah pada Kamis pagi (27/9/2018), dengan perusahaan-perusahaan properti yang terpukul oleh berita HSBC telah mengangkat suku bunga pinjaman untuk pertama kalinya dalam 12 tahun. Tepat setelah kenaikan oleh bank sentral de facto kota.

Indeks Hang Seng turun 0,45%, atau kehilangan 128,87 menjadi 27.693,00 pada jeda siang.

Hasil pertemuan dari Bank Sentral AS alias the Federal Reserve membuat bursa saham Benua Kuning dijauhi investor. The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25bps menjadi 2-2,5%. The Fed pun sudah melihat kebijakan suku bunga tidak lagi bersifat akomodatif, tetapi cenderung ketat.

Lebih lanjut, normalisasi pada tahun ini diperkirakan belum selesai, namun masih ada 1 kali lagi yakni pada bulan Desember. Berdasarkan dot
plot versi terbaru, jumlah anggota FOMC yang memperkirakan kenaikan suku bunga acuan pada akhir tahun naik menjadi 12 orang, dari yang
hanya 8 orang pada bulan Juni lalu.

Di satu sisi, agresifnya the Fed dalam menormalisasi suku bunga acuan mencerminkan kuatnya laju perekonomian Negeri Paman Sam. Namun di sisi lain, normalisasi yang kelewat agresif dikhawatirkan bisa 'mematikan' perekonomian AS. Terlebih, risiko perang dagang masih kental terasa.

Berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (25/9/2018) membela perseteruan dagang yang dialami pemerintahannya. Ia menegaskan di hadapan para pemimpin dunia bahwa AS akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya bila merasa dicurangi.

"Kami tidak lagi menoleransi tindakan kejam seperti itu. Kami tidak akan mengizinkan para pekerja kami menjadi korban, perusahaan kami
dicurangi, dan kesejahteraan kami dijarah dan dialihkan," kata Trump dalam pidatonya di markas PBB di New York, CNBC International
melaporkan.

Pernyataan Trump ini memberi indikasi bahwa dalam waktu dekat, pihaknya tak akan melunak dalam menghadapi perang dagang dengan China.

Tak hanya dengan China, perang dagang antara AS dengan tetangganya yakni Kanada juga kian panas. Kemarin (26/9/2018), Trump mengatakan bahwa dia telah menolak undangan dari pihak Kanada untuk melakukan dialog empat mata dengan Perdana Menteri Justin Trudeau.

Trump mengatakan bahwa penolakannya didasari oleh sikap Trudeau yang tak mau mengalah dalam negosiasi terkait dengan perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA). Sebelumnya pada hari Selasa, U.S.

Trade Representative Robert Lighthizer mengatakan bahwa AS siap untuk menandatangani kesepakatan NAFTA yang baru tanpa Kanada. AS berencana menandatangani kesepakatan baru NAFTA sebelum Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto meninggalkan posisinya pada 30 September mendatang.
(hps) Next Article Tunggu Hasil Pertemuan The Fed, Bursa Hong Kong Terkoreksi

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular