
Rupiah Melawan, Menguat di Kurs Acuan dan Pasar Spot!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 September 2018 10:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs acuan. Di pasar spot, rupiah yang sempat melemah kini berbalik menguat.
Namun di Asia, pamor dolar AS tidak terlalu menakutkan. Sebab, sepertinya investor menilai tidak ada kejutan dari keputusan The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke 2-2,25%.
Semestinya kenaikan suku bunga jadi obat mujarab bagi dolar AS. Akan tetapi, obat itu tampaknya sudah diperhitungkan oleh pelaku pasar (priced-in).
Sudah cukup lama investor memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga acuan pada September, dan hasil rapat pada dini hari tadi waktu Indonesia hanya mengonfirmasi perkiraan tersebut. Tidak ada kejutan yang berarti.
Oleh karena itu, investor kemudian malah memasang mode risk-off atau abai dengan risiko. Arus modal asing deras mengalir ke negara-negara Asia, tidak terkecuali Indonesia.
Meski di pasar saham investor asing masih melakukan jual bersih Rp 24,45 miliar pada pukul 10:21 WIB, tetapi terlihat ada aliran dana yang masuk ke pasar obligasi pemerintah Indonesia. Ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) di hampir semua tenor, yang menandakan harga obligasi sedang naik karena peningkatan permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah Indonesia pada pukul 10:23 WIB:
Faktor domestik juga turut mendukung penguatan rupiah. Pasar tengah menantikan hasil rapat Bank Indonesia (BI) yang akan memutuskan suku bunga acuan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,75%. Proyeksi ini muncul karena 'mantra' yang dirapalkan BI selama ini yaitu pre-emtif, front loading, dan ahead the curve.
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (27/8/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.919. Rupiah menguat 0,13% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan ini membalik tren depresiasi yang terjadi dalam 3 hari terakhir. Kemarin, rupiah melemah 0,3% di kurs acuan, sedangkan 2 hari sebelumnya terdepresiasi masing-masing 0,19% dan 0,28%.
Meski begitu, rupiah masih melemah dalam sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun, rupiah melemah 10,17% di kurs acuan sementara dibandingkan posisi yang sama pada 2017 depresiasinya mencapai 11,47%.
Di pasar spot, rupiah juga memberi kabar gembira. Melemah sejak pembukaan pasar, rupiah berhasil terapresiasi 0,07% pada pukul 10:18 WIB dan dolar AS dihargai Rp 14.890.
Rupiah dibuka melemah 0,17%, tetapi terus membaik seiring perjalanan pasar. Hingga akhirnya rupiah mampu menguat meski masih dalam rentang terbatas.
Kinerja dolar AS di pasar spot Asia juga kurang oke, karena sebagian mata uang Benua Kuning mulai memberi perlawanan. Won Korea Selatan memimpin penguatan, disusul oleh won dolar Taiwan dan rupee India.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:11 WIB:
Sejatinya dolar AS masih lumayan kuat. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) berada di 94,295% atau menguat 0,11%. Penguatan ini membalik tren depresiasi yang terjadi dalam 3 hari terakhir. Kemarin, rupiah melemah 0,3% di kurs acuan, sedangkan 2 hari sebelumnya terdepresiasi masing-masing 0,19% dan 0,28%.
Di pasar spot, rupiah juga memberi kabar gembira. Melemah sejak pembukaan pasar, rupiah berhasil terapresiasi 0,07% pada pukul 10:18 WIB dan dolar AS dihargai Rp 14.890.
Rupiah dibuka melemah 0,17%, tetapi terus membaik seiring perjalanan pasar. Hingga akhirnya rupiah mampu menguat meski masih dalam rentang terbatas.
Kinerja dolar AS di pasar spot Asia juga kurang oke, karena sebagian mata uang Benua Kuning mulai memberi perlawanan. Won Korea Selatan memimpin penguatan, disusul oleh won dolar Taiwan dan rupee India.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:11 WIB:
Namun di Asia, pamor dolar AS tidak terlalu menakutkan. Sebab, sepertinya investor menilai tidak ada kejutan dari keputusan The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke 2-2,25%.
Semestinya kenaikan suku bunga jadi obat mujarab bagi dolar AS. Akan tetapi, obat itu tampaknya sudah diperhitungkan oleh pelaku pasar (priced-in).
Sudah cukup lama investor memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga acuan pada September, dan hasil rapat pada dini hari tadi waktu Indonesia hanya mengonfirmasi perkiraan tersebut. Tidak ada kejutan yang berarti.
Oleh karena itu, investor kemudian malah memasang mode risk-off atau abai dengan risiko. Arus modal asing deras mengalir ke negara-negara Asia, tidak terkecuali Indonesia.
Meski di pasar saham investor asing masih melakukan jual bersih Rp 24,45 miliar pada pukul 10:21 WIB, tetapi terlihat ada aliran dana yang masuk ke pasar obligasi pemerintah Indonesia. Ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) di hampir semua tenor, yang menandakan harga obligasi sedang naik karena peningkatan permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah Indonesia pada pukul 10:23 WIB:
Faktor domestik juga turut mendukung penguatan rupiah. Pasar tengah menantikan hasil rapat Bank Indonesia (BI) yang akan memutuskan suku bunga acuan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,75%. Proyeksi ini muncul karena 'mantra' yang dirapalkan BI selama ini yaitu pre-emtif, front loading, dan ahead the curve.
Paling gampang, prinsip ini diterapkan dengan menaikkan suku bunga acuan setiap kali The Fed menerapkan kebijakan serupa. The Fed sudah resmi menaikkan suku bunga acuan, sehingga BI kemungkinan besar merespons dan mengantisipasi dampaknya terhadap pasar keuangan Indonesia dengan langkah yang sama.
Jika BI menaikkan suku bunga acuan, maka rupiah punya harapan untuk terus menguat atau setidaknya kalaupun melemah tidak terlampau dalam. Kenaikan suku bunga acuan bisa memancing arus modal untuk masuk ke Indonesia, atau minimal menahan yang sudah ada agar tidak keluar.
Ditopang oleh prospek kenaikan suku bunga acuan, investor belum mau buru-buru keluar dari Indonesia. Masih ada harapan imbalan investasi mereka ikut naik seiring kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Jika BI menaikkan suku bunga acuan, maka rupiah punya harapan untuk terus menguat atau setidaknya kalaupun melemah tidak terlampau dalam. Kenaikan suku bunga acuan bisa memancing arus modal untuk masuk ke Indonesia, atau minimal menahan yang sudah ada agar tidak keluar.
Ditopang oleh prospek kenaikan suku bunga acuan, investor belum mau buru-buru keluar dari Indonesia. Masih ada harapan imbalan investasi mereka ikut naik seiring kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular