Harga Obligasi Turun Tipis Sikapi Kenaikan Suku Bunga AS

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
27 September 2018 10:44
Seri yang paling melemah adalah seri 10 tahun yang mengalami kenaikan yiled 1 basis poin (bps) menjadi 8,25%. Besaran 100 bps setara dengan 1%
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah melemah tipis pasca penaikan suku bunga oleh bank sentral AS The Fed tadi malam. 

Merujuk data Reuters, koreksi terbatas harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri yang paling melemah adalah seri 10 tahun yang mengalami kenaikan yiled 1 basis poin (bps) menjadi 8,25%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Seri lain yang melemah adalah seri 15 tahun dengan kenaikan yield 0,6 bps menjadi 8,41%. Seri 5 tahun belum ditransaksikan dan seri 20 tahun masih menguat tipis dengan penurunan yield 0,8 bps menjadi 8,67%. 

Yield Obligasi Negara Acuan 27 Sep 2018

SeriBenchmarkYield 26 Sep 2018 (%) Yield 27 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.2258.2250.00
FR006410 tahun8.2418.2531.20
FR006515 tahun8.4138.4190.60
FR007520 tahun8.6878.679-0.80
Avg movement0.25
Sumber: Reuters 

Selain menaikkan suku bunga 25 bps, The Fed juga memberi arahan yang jernih semalam terkait dengan rencana penaikan suku bunga hingga lima kali lagi hingga 2020, yang juga mengindikasikan akan adanya kenaikan suku bunga sekali lagi tahun ini.

Kondisi ekonomi AS juga diprediksi sesuai dengan jalur perbaikan yang diekspektasi pelaku pasar. 

Sebelumnya, pasar obligasi pemerintah hari ini diprediksi menguat tipis oleh pelaku pasar. Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus dalam risetnya memprediksi pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah terbatas. 

"Pelemahan ini datang dari kenaikkan tingkat suku bunga The Fed yang telah diumumkan semalam yang memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunganya." 

Dia menyatakan fokus pelaku pasar berikutnya adalah reaksi Bank Indonesia yang diprediksi akan menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,5%, dan akan menjadi kejutan apabila menaikkan 50 bps. 

"Sehingga kami merekomendasikan hold hari ini," ujar Nico. 

Dalam riset terpisah, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono memprediksi pasar obligasi hari ini akan cenderung menguat. Penguatan menyusul naiknya harga pasar obligasi AS (US Treasury) pasca kenaikan Fed Fund Rate (FFR). 

"Sentimen positif didorong oleh turunnya yield US Treasury khususnya tenor 10 tahun pasca pernyataan kurang hawkish dari Jerome Powell. Selain itu, proyeksi kenaikan BI-7DRRR  sebesar 25 bps ke level 5,75% dalam RDG BI sore ini, diperkirakan mendorong ekspektasi penguatan rupiah esok hari." 

Koreksi tipis SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan US Treasury tenor serupa mencapai 519 bps, melebar dari posisi kemarin 515 bps.

Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,05% karena adanya tekanan beli di pasar efek utang AS pasca penaikan FFR. Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 844,69 triliun SBN rupiah, berporsi 36,94% dari total beredar Rp 2.286 triliun.

Angka itu masih merangkak naik dari posisi terendahnya 14 September 36,57%. 

Pelemahan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar nilai tukar mata uang. Nilai tukar mata uang garuda melemah 0,11% menjadi Rp 14.916 di hadapan setiap dolar AS. 

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru menyambut gembira kenaikan suku bunga AS sehingga tekanan belinya mendongrak indeks naik 0,76% menjadi 5.918 hingga siang ini  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular