Pemodal Wait & See, Arah Pasar Obligasi Tunggu The Fed

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
26 September 2018 09:24
Sentimen tersebut tercermin dari kenaikan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) khususnya tenor 10 tahun.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi melemah karena didorong oleh sentimen pelaku pasar global menjelang pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau FOMC, yang akan menentukan kebijakan suku bunga acuan Negara Paman Sam. 

Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono dalam riset hari ini menyatakan sentimen tersebut tercermin dari kenaikan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) khususnya tenor 10 tahun. 

"[Selain itu juga faktor] proyeksi depresiasi terbatas rupiah terhadap dolar AS hari ini. Namun demikian, khusus untuk SUN seri baru (FR0077 dan FR0078) ada potensi kenaikan harga yang didorong oleh tingginya minat investor terhadap kedua seri tersebut dalam lelang SUN kemarin," ujar Dhian. 

Untuk itu, Dhian merekomendasi untuk Buy (Gradually) surat berharga negara (SBN) seri FR0077 (tenor 6 tahun), FR0078 (tenor 11 tahun), FR0063 (tenor 5 tahun), dan FR0064 (tenor 10 tahun). 

Dalam riset terpisah, Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus memprediksi pasar SBN akan dibuka melemah terutama untuk obligasi tenor 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun. Namun, lanjutnya, obligasi tenor 15 tahun akan dibuka menguat. 

"Kami merekomendasikan hold hingga berpotensi jual hari ini," ulas Nico.

Secara teknikal, dia menyatakan pasar obligasi sudah mengonfirmasi penurunan pasar SBN yang didukung oleh faktor fundamental yang mendekati FOMC meeting esok hari serta rapat dewan gubernur Bank Indonesia (RDG) pada waktu yang sama. 

Menurut dia, kemungkinan FOMC akan menaikan suku bunga acuan sudah 100% dan di sisi lain kenaikkan tingkat suku bunga Indonesia juga memiliki potensi 75%. Kondisi itu, lanjutnya, akan menyebabkan pelaku pasar akan menunggu (wait and see) hari ini untuk menanti FOMC dan RDG esok hari.

Beralih dari sana, dalam risalah bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) yang keluar kemarin menunjukkan bahwa BOJ mulai memikirkan efek samping dari pelonggaran stimulus yang selama ini diberikan. Suku bunga negatif terbukti membuat margin laba perbankan komersial menjadi sempit-yang juga menyebabkan inflasi sulit mendekati 2%.

Berikut beberapa informasi yang dapat dijadika acuan pelaku pasar pagi ini: 
  • Bank Indonesia menghabiskan US$ 2,99 miliar melalui overnight term deposits.
  • PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) akan menerbitkan obligasi senilai Rp 1,7 triliun. Senilai Rp 835,5 miliar akan terbit dengan durasi 3 tahun dan berkupon 9%, serta tenor 5 tahun akan berkupon 9.5%.
  • Pemerintah melaksanakan lelang SBN kemarin dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 51,5 triliun dan total dimenangkan Rp 20 triliun. (DJPPR)
  • Pemerintah tengah merumuskan kebijakan baru untuk pajak penghasilan (PPh) final dari bunga obligasi pemerintah dan swasta, yaitu memangkas PPh final. Dirjen Pajak mengatakan, PPh atas bunga obligasi yang dipotong akan lebih menguntungkan buat negara sebab pengelolaan keuangan negara dapat lebih efisien.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular