IHSG Masih Dibayangi Sentimen Negatif, Bagaimana Sesi II?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
25 September 2018 13:19
Adapun nilai transaksi indeks siang hari ini mencapai Rp 2,7 triliun, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 38 miliar.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) telah menerapkan bea masuk atas produk impor China senilai $200 miliar, Beijing pun sudah membalas dengan menambahkan produk impor asal AS senilai US$60 miliar (Rp 893,9 triliun) ke daftar tarif impor mereka.

Para pelaku pasar hampir di seluruh dunia saat ini sedang was-was menunggu pengumuman Bank Sentral AS atau The Fed atas kebijakan suku bunganya. The Fed rencananya akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada Kamis (27/9/2018) dini hari.

Resiko penguatan dolar AS pun semakin menghantui jika the Fed kembali menaikan suku bunganya, dikhawatirkan dolar AS akan pulang kampung dari merging market. Akibatnya bursa-bursa Asia sebagian besar masuk zona merah.

Akbiatnya rupiah kembali tak berdaya dihadapan dolar AS. Hingga pukul 12:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.900 di pasar spot, terdepresiasi 0,34% dibandingkan penutupannya kemarin.

Seiring dengan pelemahan rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan setengah hari pertama Selasa (25/9/2018) siang ini, ditutup turun 28 poin (-0,47%) ke level 5.854.

Adapun nilai transaksi indeks siang hari ini mencapai Rp 2,7 triliun, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 38 miliar di pasar reguler.

Pelemahan IHSG mulai terlihat ketika bursa saham acuan nasional tersebut dibuka turun 7 poin (-0,12%), pelemahannya kemudian bertambah hingga level 5.850 (-0,54%) pada pukul 11:31 WIB, sebagai titik terendahnya pada sesi I.

Lalu, bagaimana dengan pergerakan IHSG pada sesi dua? Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisis secara teknikal dengan hasil sebagai berikut:

Foto: CNBC Indonesia/Yazid Muamar


Sumber: Reuters

Secara teknikal, pada sesi II IHSG masih akan bergerak variatif dengan kecenderungan melemah, mengingat terbentuknya pola teknikal lilin hitam pendek (short white candle) yang memberikan sinyal pelemahan lanjutan.

Indeks kembali dalam posisi pelemahan jangka pendek, mengingat bergerak di bawah garis rerata harganya selama 5 hari (MA 5), berdasarkan indikator teknikal rerata pergerakan (moving average/MA).

Pada sesi II, kami memprediksi indeks akan bergerak pada level 5.860 hingga 5819, kami menggunakan perhitungan berdasarkan deret angka fibonacci retracement sebagai alat bantu (tools) dalam memperkirakan pergerakan indeks.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Hary Tanoe-Trump Garap Proyek Rp 23T, KAEF Rights Issue

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular