
Jika Rupiah Tembus Rp 15.000/US$, Apakah Bank Masih Aman?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
25 September 2018 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menegaskan industri perbankan, khususnya bank nasional masih aman meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus Rp 15.000/US$.
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengungkapkan, meskipun keperkasaan dolar AS menembus level psikologis baru pada tahun ini, kondisi perbankan nasional tidak akan terdampak secara signifikkan.
Apa yang menjadi dasar optimisme LPS terkait hal itu?
"Kalau perbankan nasional kita lihat transaksi mereka lebih banyak dalam rupiah. Fokus mereka di domestik. Jadi kewajiban mereka dalam dolar tidak banyak," kata Halim di JS Luwansa, Selasa (25/9/2018).
"Ada ketentuan net open position yang dibatasi 20%, sementara rata-rata [transaksi] nasional 10%. Untuk bank asing, itu porsi lebih besar dari perbankan nasional," sambungnya.
Selain itu, kondisi perbankan sejauh ini masih cukup aman yang tercermin dari likuiditas yang relatif tinggi, serta rasio kecukupan modal (CAR) yang masih tumbuh di atas 20%.
"Kalau terjadi dampak gejolak kurs bagi bank, dia tidak masalah. Karena kecil exposure-nya terhadap nilai tukar. [...] Kalau bank aman, likuiditasnya tinggi, modal besar di atas 20%," jelasnya.
Meski pelemahan rupiah tidak berdampak sistemik terhadap kondisi perbankan, namun LPS melihat, bahwa ada kemungkinan tekanan tersebut memberikan pengaruh pada nasabahnya.
"Khusus bank domestik tapi saya tidak katakan nasabahnya itu dia tergantung dari jenis nasabahnya. Kalo dia eksportir, dia fully hedge. Dia domestik oriented itu yang jadi masalah," ungkapnya.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengungkapkan, meskipun keperkasaan dolar AS menembus level psikologis baru pada tahun ini, kondisi perbankan nasional tidak akan terdampak secara signifikkan.
Apa yang menjadi dasar optimisme LPS terkait hal itu?
![]() |
"Kalau perbankan nasional kita lihat transaksi mereka lebih banyak dalam rupiah. Fokus mereka di domestik. Jadi kewajiban mereka dalam dolar tidak banyak," kata Halim di JS Luwansa, Selasa (25/9/2018).
Selain itu, kondisi perbankan sejauh ini masih cukup aman yang tercermin dari likuiditas yang relatif tinggi, serta rasio kecukupan modal (CAR) yang masih tumbuh di atas 20%.
"Kalau terjadi dampak gejolak kurs bagi bank, dia tidak masalah. Karena kecil exposure-nya terhadap nilai tukar. [...] Kalau bank aman, likuiditasnya tinggi, modal besar di atas 20%," jelasnya.
Meski pelemahan rupiah tidak berdampak sistemik terhadap kondisi perbankan, namun LPS melihat, bahwa ada kemungkinan tekanan tersebut memberikan pengaruh pada nasabahnya.
"Khusus bank domestik tapi saya tidak katakan nasabahnya itu dia tergantung dari jenis nasabahnya. Kalo dia eksportir, dia fully hedge. Dia domestik oriented itu yang jadi masalah," ungkapnya.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular