Sempat Dibuka Menguat, IHSG Berbalik Arah ke Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 September 2018 09:37
Dibuka melemah 0,12%, IHSG dengan cepat berbalik ke zona hijau.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat dibuka menguat tipis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan cepat berbalik ke zona merah dan terkoreksi 0,12%. Pergerakan IHSG tak sejalan indeks Nikkei dan Strait Times yang juga menguat, masing-masing sebesar 0,07% dan 0,42%.

Sementara itu, perdagangan di bursa saham Korea Selatan dan Hong Kong pada hari ini diliburkan.

Dari sisi eksternal, sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari tercapainya kesepakatan dagang antara AS dengan Korea Selatan. Pasca melakukan pertemuan bilateral kemarin sore (24/9/2018), Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in melakukan penandatanganan perjanjian dagang antar kedua negara yang disebut Trump sebagai sebuah kesepakatan yang sangat besar.

Lebih lanjut, Trump menyebut perjanjian tersebut sebagai sesuatu yang adil dan saling menguntungkan. Perjanjian ini akan mengurangi defisit dagang AS dengan Korea Selatan dan memperbesar peluang ekspor produk-produk AS ke Negeri Ginseng seperti mobil, obat-obatan, dan produk agrikultur.

"Saya rasa petani kami akan sangat senang, dulu sangatlah terbatas dalam hal apa yang bisa mereka lakukan dan apa yang mereka bisa kirimkan dan sekarang ini adalah pasar terbuka dan mereka akan mengirimkan lebih banyak produk pertanian. (Ini) membuat saya merasa sangat senang, saya cinta petani kami," kata Trump yang kemudian menambahkan bahwa perjanjian dagang antar kedua negara akan memberi kesempatan bagi pabrikan mobil asal AS untuk mengekspor hingga 2 kali lipat ke Korea Selatan, seperti dikutip dari CNN.

Di sisi lain, risiko datang dari kian panasnya hubungan dagang AS dengan China. Pasca China menolak undangan dari AS untuk melakukan perundingan, negosiasi antar kedua negara nampak akan kian sulit untuk direalisasikan setelah kemarin Dewan Negara China merilis buku putih yang merangkum friksi dagang dengan AS.

Dalam dokumen tersebut, China sebenarnya ingin menyelesaikan perselisihan dengan AS, tetapi Gedung Putih terus-menerus menantang. Hasilnya adalah friksi yang semakin meruncing. Bahkan, China menuding AS melakukan penindasan dagang (trade bullyism). AS dinilai mengancam negara-negara lain dengan bea masuk untuk mendapatkan keinginannya.

Dari dalam negeri, risiko datang dari rupiah yang melemah sebesar 0,2% di pasar spot ke level Rp 14.890/dolar AS. Pelaku pasar nampak memilih untuk bermain aman dengan memeluk dolar AS sembari menantikan keputusan dari bank sentral AS alias the Federal Reserve.

Pada 27 September dini hari waktu Indonesia nanti, the Fed akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 23 September 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps pada pertemuan kali ini adalah sebesar 92%.

Bersamaan dengan pengumuman tingkat suku bunga acuan terbarunya, the Fed akan merilis dot plot versi terbaru. Sebagai catatan, dot plot merupakan sebuah survei dari anggota-anggota FOMC (Federal Open Market Committee) selaku pengambil keputusan terkait proyeksi mereka atas tingkat suku bunga acuan pada akhir tahun.

Melalui dot plot versi terbaru, akan diketahui apakah semakin banyak anggota FOMC yang melihat kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular