
Mengawali Pekan Ini, IHSG Anjlok 1,27%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 September 2018 16:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat tipis 0,01%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru ditutup anjlok 1,27% ke level 5.882,2.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,67 triliun dengan volume sebanyak 9,93 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 357.106 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG turun adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,67%), PT Bank negara Indonesia Tbk/BBNI (-3,59%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,72%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-2-97%), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (-2,55%).
Dari kawasan regional, pergerakan bursa saham negara tetangga tak bisa diharapkan untuk menolong laju IHSG. Pasalnya, pada hari ini perdagangan di mayoritas bursa saham utama kawasan Asia diliburkan. Mengutip Reuters, bursa saham Jepang diliburkan seiring dengan perayaan Autumnal Equinox Day. Di China, bursa saham diliburkan seiring dengan perayaan Mid-Autumn Day dan Dragon Boat Holiday. Di Korea Selatan, bursa saham diliburkan guna memperingati Mid-Autumn Festival.
Hubungan AS-China yang kian panas di bidang perdagangan membuat investor ogah untuk menyentuh instrumen berisiko seperti saham. China telah resmi membatalkan rencana dialog perdagangan dengan AS. The Wall Street Journal melaporkan pada hari Jumat (21/9/2018) bahwa kubu China menolak proposal dari AS untuk mengirimkan dua orang delegasinya ke Washington, seperti dikutip dari CNBC International. Sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap kekeh untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) kemungkinan menjadi alasannya.
Pembatalan negosiasi dagang ini tak bisa dianggap sepele. Pasalnya, jika salah satu dari kedua negara ini nantinya mengalah, pihak lainnya akan memiliki upper-hand dalam perundingan yang dilakukan. Jika AS mengalah dengan membatalkan pengenaan bea masuknya, hal ini akan dianggap oleh pihak China bahwa AS lebih membutuhkan relasi dagang dengannya. Sebaliknya, jika China yang mengalah dengan mengikuti sebagian dari tuntutan AS, maka AS kemungkinan besar akan mengeksploitasinya guna membuat China memenuhi seluruh tuntutannya.
Bisa jadi, negosiasi dagang antar kedua tak akan terjadi dalam waktu dekat. Sementara itu, bea masuk yang mulai efektif berlaku hari ini, terutama dari pihak AS (US$ 200 miliar), dipastikan akan 'menyakiti' perekonomian AS dan China.
Selain itu, rupiah yang melemah juga membuat pelaku pasar melepas saham-saham di tanah air. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,3% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.860. Dolar AS memang relatif kuat sepanjang perdagangan IHSG, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang bergerak positif, walaupun terkoreksi tipis 0,01% pada akhir perdagangan.
Positifnya data ekonomi menjadi salah satu sumber energi bagi greenback untuk menguat. Pada hari Jumat (21/9/2018), Flash Manufacturing PMI periode September diumumkan di level 55,6, mengalahkan konsensus yang sebesar 55,1.
Selain itu, pelaku pasar juga merespon negatif mendeknya implementasi kebijakan bauran 20% minyak sawit di dalam bahan bakar solar alias B20. Kebijakan ini merupakan salah satu amunisi pemerintah untuk meredam pelemahan rupiah.
Kini, implementasi kebijakan B20 ternyata terbukti belum menyeluruh, seiring dengan kendala pada pasokan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang merupakan salah satu bahan pembuat biodiesel.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa dari 112 terminal BBM yang dimiliki perusahaan migas pelat merah ini, baru 69 yang sudah menerima penyaluran FAME. Sebagian besar daerah yang belum tersalurkan FAME berada di kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Sulawesi.
Jika implementasi B20 belum menyeluruh, impor minyak akan sulit direm sehingga defisit neraca berjalan akan juga sulit untuk diredam.
Sisi positifnya, walaupun anjlok 1% lebih, investor asing justru membukukan beli bersih sebesar Rp 587,3 miliar. 5 besar saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 183,5 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 139,1 miliar), PT Bali Towerindo Sentra Tbk/BALI (Rp 124,4 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 93,1 miliar), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 78,4 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,67 triliun dengan volume sebanyak 9,93 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 357.106 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG turun adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,67%), PT Bank negara Indonesia Tbk/BBNI (-3,59%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,72%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-2-97%), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (-2,55%).
Hubungan AS-China yang kian panas di bidang perdagangan membuat investor ogah untuk menyentuh instrumen berisiko seperti saham. China telah resmi membatalkan rencana dialog perdagangan dengan AS. The Wall Street Journal melaporkan pada hari Jumat (21/9/2018) bahwa kubu China menolak proposal dari AS untuk mengirimkan dua orang delegasinya ke Washington, seperti dikutip dari CNBC International. Sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap kekeh untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) kemungkinan menjadi alasannya.
Pembatalan negosiasi dagang ini tak bisa dianggap sepele. Pasalnya, jika salah satu dari kedua negara ini nantinya mengalah, pihak lainnya akan memiliki upper-hand dalam perundingan yang dilakukan. Jika AS mengalah dengan membatalkan pengenaan bea masuknya, hal ini akan dianggap oleh pihak China bahwa AS lebih membutuhkan relasi dagang dengannya. Sebaliknya, jika China yang mengalah dengan mengikuti sebagian dari tuntutan AS, maka AS kemungkinan besar akan mengeksploitasinya guna membuat China memenuhi seluruh tuntutannya.
Bisa jadi, negosiasi dagang antar kedua tak akan terjadi dalam waktu dekat. Sementara itu, bea masuk yang mulai efektif berlaku hari ini, terutama dari pihak AS (US$ 200 miliar), dipastikan akan 'menyakiti' perekonomian AS dan China.
Selain itu, rupiah yang melemah juga membuat pelaku pasar melepas saham-saham di tanah air. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,3% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.860. Dolar AS memang relatif kuat sepanjang perdagangan IHSG, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang bergerak positif, walaupun terkoreksi tipis 0,01% pada akhir perdagangan.
Positifnya data ekonomi menjadi salah satu sumber energi bagi greenback untuk menguat. Pada hari Jumat (21/9/2018), Flash Manufacturing PMI periode September diumumkan di level 55,6, mengalahkan konsensus yang sebesar 55,1.
Selain itu, pelaku pasar juga merespon negatif mendeknya implementasi kebijakan bauran 20% minyak sawit di dalam bahan bakar solar alias B20. Kebijakan ini merupakan salah satu amunisi pemerintah untuk meredam pelemahan rupiah.
Kini, implementasi kebijakan B20 ternyata terbukti belum menyeluruh, seiring dengan kendala pada pasokan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang merupakan salah satu bahan pembuat biodiesel.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa dari 112 terminal BBM yang dimiliki perusahaan migas pelat merah ini, baru 69 yang sudah menerima penyaluran FAME. Sebagian besar daerah yang belum tersalurkan FAME berada di kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Sulawesi.
Jika implementasi B20 belum menyeluruh, impor minyak akan sulit direm sehingga defisit neraca berjalan akan juga sulit untuk diredam.
Sisi positifnya, walaupun anjlok 1% lebih, investor asing justru membukukan beli bersih sebesar Rp 587,3 miliar. 5 besar saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 183,5 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 139,1 miliar), PT Bali Towerindo Sentra Tbk/BALI (Rp 124,4 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 93,1 miliar), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 78,4 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Most Popular