Awal Pekan, Harga Minyak ke Rekor Tertinggi Sejak Mei 2018

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
24 September 2018 10:00
Harga minyak jenis brent kembali menyentuh rekor tertinggi dalam 4 bulan, atau sejak 23 Mei 2018.
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis brent kontrak pengiriman November 2018 tercatat naik 1,21% ke level US$79,75/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak November 2018 juga menguat 1,09% ke US$71,55/barel, pada hari ini Senin (24/9/2018) hingga jam 09.35 WIB.

Dengan pergerakan itu, harga minyak light sweet mampu kembali ke rekor tertinggi dalam 2,5 bulan atau sejak 10 Juli 2018. Sementara itu, brent menyentuh rekor tertinggi dalam 4 bulan, atau sejak 23 Mei 2018.

Harga minyak masih mampu melanjutkan momentum positif dari pekan lalu. Dalam seminggu terakhir, harga minyak light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) naik 2,59%, sementara brent yang menjadi acuan di Eropa menguat 0,91%.

Faktor yang mendorong penguatan harga sang emas hitam pada awal pekan ini datang dari pelaku pasar yang masih mengkhawatirkan pasokan minyak yang seret menjelang berlakunya sanksi AS terhadap Iran. 



Sanksi AS kepada Negeri Persia akan menyasar sektor perminyakan pada awal November mendatang. Banyak analis mengestimasi penurunan ekspor minyak mentah Iran sebanyak lebih dari 1 juta barel/hari.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), bersama-sama dengan mitra produsen minyak non-OPEC (termasuk Rusia), saat ini sedang mendiskusikan kemungkinan kenaikan produksi sebesar 500.000 barel/hari untuk mengompensasi disrupsi pasokan dari Teheran.

Meski demikian, sejauh ini diskusi tersebut belum menemui titik final, sehingga kekhawatiran investor terkait seretnya pasokan dari Timur Tengah pun masih ada di permukaan. Sentimen ini lantas mampu mengerek harga minyak pagi ini.

BACA: Trump Protes, Sudikah OPEC Turunkan Harga Minyak?

Terlebih, seretnya pasokan juga mulai terindikasi di AS. Dalam sepekan hingga tanggal 14 September, cadangan minyak Negeri Paman Sam turun 2,1 juta barel menjadi 394,1 juta barel. Cadangan minyak AS mencapai titik terendah sejak Februari 2015.

Sementara itu, level produksi minyak mentah Negeri Adidaya masih stabil di rekor 11 juta barel/hari. Akan tetapi, aktivitas pengeboran minyak AS saat ini menunjukkan adanya perlambatan produksi dalam beberapa waktu ke depan.

Penurunan cadangan minyak AS akhirnya juga dikhawatirkan mempengaruhi pasokan di pasar. Padahal, permintaan dari domestik diperkirakan masih cukup tinggi, mengingat ekonomi AS diperkirakan tumbuh di kisaran 4% pada kuartal III-2018. Hal ini lantas menjadi energi tambahan bagi penguatan harga minyak di awal pekan ini.  


(RHG/hps) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular