
Minim Sentimen Positif, IHSG ke Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 September 2018 09:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca dibuka menguat tipis 0,01%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan cepat meluncur ke zona merah. Hingga berita ini diturunkan, IHSG melemah 0,23% ke level 5.944,02.
Pada hari ini, perdagangan di mayoritas bursa saham utama kawasan Asia diliburkan. Mengutip Reuters, bursa saham Jepang diliburkan seiring dengan perayaan Autumnal Equinox Day. Di China, bursa saham diliburkan seiring dengan perayaan Mid-Autumn Day dan Dragon Boat Holiday. Di Korea Selatan, bursa saham diliburkan guna memperingati Mid-Autumn Festival.
Pelaku pasar akan mencermati perkembangan perang dagang AS-China. Pada hari ini, bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) akan mulai diberlakukan oleh AS. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini. Kubu China juga akan memberlakukan kebijakan balasan berupa pengenaan bea masuk baru senilai 10% untuk importasi produk buatan AS senilai US$ 60 miliar.
Walaupun eskalasi perang dagang ini lebih lunak dari yang ditakutkan pelaku pasar sebelumnya, kini ada satu masalah besar yang muncul: China telah resmi membatalkan rencana dialog perdagangan dengan AS. The Wall Street Journal melaporkan pada hari Jumat (21/9/2018) bahwa kubu China menolak proposal dari AS untuk mengirimkan dua orang delegasinya ke Washington.
Selain itu, rupiah yang melemah juga membuat pelaku pasar melepas saham-saham di tanah air. Pada pagi ini, rupiah melemah 0,4% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.875. Dolar AS memang sedang perkasa pada hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,06%.
Positifnya data ekonomi menjadi salah satu sumber energi bagi greenback untuk menguat. Pada hari Jumat (21/9/2018), Flash Manufacturing PMI periode September diumumkan di level 55,6, mengalahkan konsensus yang sebesar 55,1.
Selain itu, pelaku pasar juga merespon negatif mendeknya implementasi kebijakan bauran 20% minyak sawit di dalam bahan bakar solar alias B20. Kebijakan ini merupakan salah satu amunisi pemerintah untuk meredam pelemahan rupiah.
Kini, implementasi kebijakan B20 ternyata terbukti belum menyeluruh B20, seiring dengan kendala pada pasokan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang merupakan salah satu bahan pembuatan biodiesel. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa dari 112 terminal BBM yang dimiliki perusahaan migas pelat merah ini, baru 69 yang sudah menerima penyaluran FAME. Sebagian besar daerah yang belum tersalurkan FAME berada di kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Sulawesi.
Jika implementasi B20 belum menyeluruh, impor minyak akan sulit direm sehingga defisit neraca berjalan akan juga sulit untuk diredam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Pada hari ini, perdagangan di mayoritas bursa saham utama kawasan Asia diliburkan. Mengutip Reuters, bursa saham Jepang diliburkan seiring dengan perayaan Autumnal Equinox Day. Di China, bursa saham diliburkan seiring dengan perayaan Mid-Autumn Day dan Dragon Boat Holiday. Di Korea Selatan, bursa saham diliburkan guna memperingati Mid-Autumn Festival.
Pelaku pasar akan mencermati perkembangan perang dagang AS-China. Pada hari ini, bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) akan mulai diberlakukan oleh AS. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini. Kubu China juga akan memberlakukan kebijakan balasan berupa pengenaan bea masuk baru senilai 10% untuk importasi produk buatan AS senilai US$ 60 miliar.
Selain itu, rupiah yang melemah juga membuat pelaku pasar melepas saham-saham di tanah air. Pada pagi ini, rupiah melemah 0,4% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.875. Dolar AS memang sedang perkasa pada hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,06%.
Positifnya data ekonomi menjadi salah satu sumber energi bagi greenback untuk menguat. Pada hari Jumat (21/9/2018), Flash Manufacturing PMI periode September diumumkan di level 55,6, mengalahkan konsensus yang sebesar 55,1.
Selain itu, pelaku pasar juga merespon negatif mendeknya implementasi kebijakan bauran 20% minyak sawit di dalam bahan bakar solar alias B20. Kebijakan ini merupakan salah satu amunisi pemerintah untuk meredam pelemahan rupiah.
Kini, implementasi kebijakan B20 ternyata terbukti belum menyeluruh B20, seiring dengan kendala pada pasokan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang merupakan salah satu bahan pembuatan biodiesel. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa dari 112 terminal BBM yang dimiliki perusahaan migas pelat merah ini, baru 69 yang sudah menerima penyaluran FAME. Sebagian besar daerah yang belum tersalurkan FAME berada di kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Sulawesi.
Jika implementasi B20 belum menyeluruh, impor minyak akan sulit direm sehingga defisit neraca berjalan akan juga sulit untuk diredam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Most Popular