Dolar AS Bangkit, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 September 2018 08:46
Dolar AS Bangkit, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan pagi ini. Dolar AS yang pekan lalu menderita kini kembali perkasa. 

Pada Senin (24/9/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.825 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,06% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah. Pada pukul 08:27 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.845 di mana rupiah sudah melemah 0,2%.

Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun tidak mampu bicara banyak di hadapan dolar AS. Dengan depresiasi 0,2%, rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam ketiga di Asia. Rupiah masih lebih mujur ketimbang won Korea Selatan dan rupee India. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:30 WIB: 



Kebangkitan dolar AS semakin nyata. Pada pukul 08:33 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat tipis 0,01%. 

Sepanjang pekan lalu, dolar AS boleh dibilang nelangsa. Dollar Index melemah 0,28% dalam seminggu terakhir, sementara selama sebulan ke belakang koreksinya mencapai 0,96%. 

Angka-angka ini membuat dolar AS seakan sudah murah, dan memancing minat investor untuk kembali mengoleksinya. Aliran modal yang merapat ke Negeri Paman Sam memperkuat nilai tukar dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia, termasuk di Asia. 

Masuknya arus modal ke Negeri Adidaya terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Pada pukul 08:35 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 5 tahun turun 0,2 basis poin (bps).

Sedangkan untuk tenor 7 tahun turun 0,3 bps, 10 tahun turun 0,2 bps, dan 30 tahun turun 0,2 bps. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena permintaan yang membludak.

Perlu diingat bahwa rapat The Federal Reserve/The Fed juga sudah semakin dekat yaitu 26 September. Dalam rapat ini, pelaku pasar memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga acuan minimal 25 bps. Menurut CME Fedwatch, probabilitas untuk kenaikan 25 bps adalah 92%. 

Investor juga perlu waspada karena kemungkinan untuk kenaikan 50 bps semakin besar, yaitu mencapai 8%. Praktis sudah tidak ada ruang bagi The Fed untuk menahan suku bunga acuan di 1,75-2%. 

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mendongkrak imbalan investasi, khususnya di instrumen berpendapatan tetap. Akibatnya, arus modal akan kembali berkerumun di dekat Negeri Paman Sam dan bila ini terjadi maka penguatan dolar AS adalah sebuah keniscayaan sejarah. 

Oleh karena itu, investor perlu mewaspadai perkembangan nilai tukar dolar AS. Kebangkitan dolar AS tentu akan menimbulkan tekanan terhadap mata uang lain, tidak terkecuali rupiah. 

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular