Menutup Perdagangan Pekan Ini, Pasar Obligasi Menguat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 September 2018 18:13
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat pada penghujung pekan ini di tengah perang dagang yang mereda. 

Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang dijadikan acuan adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri dengan penguatan harga terbesar adalah seri 20 tahun yang mengalami penurunan yield 10 basis poin (bps) menjadi 8,68%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Harga dua seri acuan lain juga menguat, tetapi masih ada satu seri yang melemah yaitu seri 5 tahun, di mana yield-nya naik 0,4 bps menjadi 8,15%.

Penguatan harga yang terjadi sore ini lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga yang terjadi di awal perdagangan hari ini.

Yield Obligasi Negara Acuan 21 Sep 2018
SeriBenchmarkYield 20 Sep 2018 (%) Yield 21 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.1548.1580.40
FR006410 tahun8.2198.18-3.90
FR006515 tahun8.5048.483-2.10
FR007520 tahun8.798.684-10.60
Avg movement-4.05
Sumber: Reuters  

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indeks tersebut naik 0,77 poin (0,34%) menjadi 228,02 dari posisi kemarin 227,24. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 509 bps. 

Yield US Treasury 10 tahun naik lagi dan mencapai 3,08% karena adanya outflow dari pasar surat utang pemerintah AS tersebut. Spread yang masih lebar (di atas level level psikologis 500 bps), ditambah faktor turunnya yield US Treasury, seharusnya masih dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. 

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. Saat ini, kurva yield terbalik (inverted curve yield) yang terjadi sejak sebulan terakhir sudah mulai membaik dan semakin normal.

Ketika posisi kurvanya terbalik, yield SBN tenor 20 tahun lebih tinggi daripada yield SBN 30 tahun. Inverted curve yield adalah posisi di mana yield obligasi tenor pendek lebih tinggi dibanding yield tenor yang lebih panjang.

Sejak akhir Agustus, kepemilikan investor asing di pasar SBN turun Rp 18,63 triliun menjadi Rp 837,16 miliar pada 19 September. Penurunan jumlah tersebut turut diiringi persentase kepemilikan asing yang turun menjadi 36,71% dari sebelumnya 37,64% pada periode yang sama.

Bentuk ini mengindikasikan akan adanya potensi pengetatan keuangan. Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar nilai tukar mata uang. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,45% menjadi 5.957 hingga penutupan tadi sore. Di sisi lain, nilai tukar rupiah menguat 0,16% menjadi Rp 14.816 di hadapan dolar AS. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular