
Dolar AS Bangun Kesiangan, Rupiah Menguat di Akhir Pekan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 September 2018 17:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat di penutupan pasar spot akhir pekan ini. Dengan demikian, rupiah sudah menguat 2 hari beruntun.
Pada Jumat (21/9/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.816 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,16% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat setelah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Namun itu tidak berlangsung lama, karena kemudian apresiasi rupiah malah berkurang.
Meski begitu, rupiah tidak pernah menyentuh zona merah sepanjang hari ini. Posisi terkuat rupiah hari ini adalah Rp 14.790/US$, sementara terlemahnya adalah Rp 14.835/US$.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Mata uang utama Asia pun mayoritas menguat terhadap dolar AS. Dolar Taiwan menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 16:47 WIB:
Dolar AS sejatinya mulai bangkit. Pada pukul 16:51 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan kurs greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,07%. Dollar Index akhirnya mampu menguat setelah tertekan sejak tadi malam.
Perlu diingat bahwa rapat The Federal Reserve/The Fed sudah semakin dekat yaitu 26 September. Dalam rapat tersebut, kemungkinan besar The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 2-2,25%. Menurut CME Fedwatch, kemungkinannya mencapai 93,8%.
Hal yang juga patut diwaspadai adalah meningkatnya probabilitas untuk kenaikan 50 bps menjadi 2,25-2,5% menjadi 6,2%. Kemarin, kemungkinan untuk kenaikan 50 bps masih di kisaran 5%. Praktis sudah tidak ada ruang untuk potensi The Fed menahan suku bunga di 1,75-2%.
Kenaikan suku bunga acuan akan membuat berinvestasi di AS semakin menarik, karena menawarkan imbalan yang lebih. Akibatnya, arus modal mulai mengarah ke dolar AS sehingga memperkuat mata uang ini.
Namun dolar AS seperti bangun kesiangan. Seharian ini, sentimen yang dominan membayangi greenback adalah perang AS vs China. Perang dagang yang dulu menjadi obat kuat bagi dolar AS kini berubah menjadi racun karena bisa membebani ekonomi Negeri Adidaya.
Akibatnya, rupiah dan sejumlah mata uang lainnya masih bisa menguat. Rupiah bisa mengambil nafas selama 2 hari ini sebelum memulai kembali perdagangan pada pekan depan. Setidaknya penguatan rupiah hari ini bisa menjadi mood booster buat akhir pekan investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Jumat (21/9/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.816 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,16% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat setelah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Namun itu tidak berlangsung lama, karena kemudian apresiasi rupiah malah berkurang.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Mata uang utama Asia pun mayoritas menguat terhadap dolar AS. Dolar Taiwan menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 16:47 WIB:
Dolar AS sejatinya mulai bangkit. Pada pukul 16:51 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan kurs greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,07%. Dollar Index akhirnya mampu menguat setelah tertekan sejak tadi malam.
Perlu diingat bahwa rapat The Federal Reserve/The Fed sudah semakin dekat yaitu 26 September. Dalam rapat tersebut, kemungkinan besar The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 2-2,25%. Menurut CME Fedwatch, kemungkinannya mencapai 93,8%.
Hal yang juga patut diwaspadai adalah meningkatnya probabilitas untuk kenaikan 50 bps menjadi 2,25-2,5% menjadi 6,2%. Kemarin, kemungkinan untuk kenaikan 50 bps masih di kisaran 5%. Praktis sudah tidak ada ruang untuk potensi The Fed menahan suku bunga di 1,75-2%.
Kenaikan suku bunga acuan akan membuat berinvestasi di AS semakin menarik, karena menawarkan imbalan yang lebih. Akibatnya, arus modal mulai mengarah ke dolar AS sehingga memperkuat mata uang ini.
Namun dolar AS seperti bangun kesiangan. Seharian ini, sentimen yang dominan membayangi greenback adalah perang AS vs China. Perang dagang yang dulu menjadi obat kuat bagi dolar AS kini berubah menjadi racun karena bisa membebani ekonomi Negeri Adidaya.
Akibatnya, rupiah dan sejumlah mata uang lainnya masih bisa menguat. Rupiah bisa mengambil nafas selama 2 hari ini sebelum memulai kembali perdagangan pada pekan depan. Setidaknya penguatan rupiah hari ini bisa menjadi mood booster buat akhir pekan investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular