Ditopang Penguatan Rupiah, Pasar Obligasi Menguat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 September 2018 18:22
Ditopang Penguatan Rupiah, Pasar Obligasi Menguat
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat pada perdagangan hari ini, mengiringi penguatan rupiah dan rangkaian sentimen positif yang mendukung kenaikan mata uang garuda.

Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri yang paling tinggi penguatannya adalah seri acuan 15 tahun, yang mengalami penurunan yield 6 basis poin (bps) menjadi 8,5%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Seri acuan lain juga mengalami penguatan, yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun yang mengalami penurunan yield 2 bps, 3 bps, dan 4 bps menjadi 8,15%, 8,21%, dan 8,79%.

Yield Obligasi Negara Acuan 20 Sep 2018
SeriBenchmarkYield 19 Sep 2018 (%)Yield 20 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.1748.154-2.00
FR006410 tahun8.258.219-3.10
FR006515 tahun8.5698.504-6.50
FR007520 tahun8.8328.79-4.20
Avg movement-3.95
Sumber: Reuters

Penguatan harga obligasi pemerintah hari ini diiringi oleh penguatan rupiah dibandingkan dengan mayoritas mata uang lain se-Asia, yang naik 0,2% menjadi Rp 14.840 per dolar AS.

Rupiah perkasa dibanding baht Thailand, dolar Australia, dolar Singapura, peso Filipina, ringgit Malaysia, rupee India, yen Jepang, dan yuan China.

Beberapa sentimen positif di belakang kenaikan mata uang garuda adalah rencana Bank Indonesia (BI), untuk menerbitkan aturan terkait pasar Non-Delivery Forward (NDF) domestik, aksi masyarakat untuk menukarkan dolar Amerika Serikat (AS) yang dimiliki, dan pelemahan Dollar Index.

Dollar Index menjadi cerminan posisi mata uang dolar AS terhadap mata uang utama dunia. Pada pantauan terakhir 16:35 WIB, Dollar Index melemah hingga 0,20% yang diakibatkan berlanjutnya perang dagang.

Tensi perang dagang antara AS dan China kembali berlanjut setelah Presiden Trump memutuskan bea masuk impor tambahan sebesar 10% atau senilai US$ 200 miliar terhadap produk China, efektif 24 September mendatang.

Aksi itu dibalas Negeri Tirai Bambu juga berencana mengenakan bea masuk impor terhadap produk AS senilai US$ 60 miliar di tanggal yang sama.

Adanya aksi saling balas dendam ini menyebabkan investor beralih ke instrumen safe haven, kali ini bulan dolar AS, tetapi mereka beralih ke yen hingga emas karena menilai AS dan mata uangnya semakin terancam oleh dampak perang dagang sendiri.

Akibatnya dolar AS mulai ditinggalkan sehingga cenderung melemah. Meski perang dagang memanas, tambahan amunisi dalam negeri menjadikan rupiah tidak terkena dampak pelemahan sehingga berhasil perkasa ketika ditutup pada perdagangan hari ini terhadap sejumlah mata uang global.

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indek tersebut naik 0,59 poin (0,26%) menjadi 227,24 dari posisi kemarin 226.65.

Penguatan SBN hari ini turut mempersempit selisih (spread) SBN 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan tenor serupa, yaitu menjadi 514 bps. Saat ini, koreksi harga US Treasury 10 tahun membuat yield-nya menjadi 3,07%.

Spread tersebut masih lebar, karena masih di atas level psikologis 500 bps yang tembus pada 13 Agustus. Faktor lebarnya spread seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.

Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik signifikan hingga penutupan tadi sore, yaitu 0,98% menjadi 5.931.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Investor Asing Berpeluang Banjiri Pasar SBN di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular