
Tensi Perang Dagang Turun, Pasar Obligasi Menguat Lagi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 September 2018 11:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi rupiah pemerintah hari ini melanjutkan reli seiring dengan meredanya perang dagang yang dikumandangkan Amerika Serikat (AS).
Data Reuters menunjukkan penguatan harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri acuan yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Penguatan terbesar dialami tenor acuan 5 tahun, dengan penurunan yield 5 basis poin (bps) menjadi 8,12%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri lain yaitu 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun juga menguat dan menurunkan yield-nya sebesar 2 bps, 3 bps, dan 2 bps menjadi 8,22%, 8.53%, dan 8,8%. Meskipun menguat, kenaikan harga obligasi hari ini belum seperti kemarin yang fluktuasi yield-nya mencapai 16 bps. Hari ini, rerata pergerakan yield hanya 3,5bps.
Penguatan pasar obligasi dan pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia sejak kemarin lebih disebabkan oleh perkembangan perang dagang yang tidak separah yang diprediksi sebelumnya.
Bea impor balasan China terhadap produk AS ternyata hanya 10% dari rencana awal 20%. Di sisi lain, masih berlanjutnya perang dagang juga membuat optimisme pelaku pasar AS berkurang.
Angka Purchasing Managers Index di AS versi Markit pada Agustus berada di 54,7. Pelaku usaha masih optimistis karena nilainya di atas 50, tetapi pencapaian Agustus turun cukup jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 55,7.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Sep 2018
Sumber: Reuters
Penguatan hari ini juga membuat selisih(spread) SBN tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 516 bps. Yield US Treasury 10 tahun saat ini berada pada 3,05%.
Spread keduanya yang masih lebar seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar mata uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,8% kembali ke atas level psikologis 5.900, tepatnya menjadi 5.921 hingga siang ini. Nilai tukar rupiah masih menguat 0,2% terhadap dolar AS, yaitu Rp 14.840.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Data Reuters menunjukkan penguatan harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri acuan yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Penguatan terbesar dialami tenor acuan 5 tahun, dengan penurunan yield 5 basis poin (bps) menjadi 8,12%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan pasar obligasi dan pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia sejak kemarin lebih disebabkan oleh perkembangan perang dagang yang tidak separah yang diprediksi sebelumnya.
Bea impor balasan China terhadap produk AS ternyata hanya 10% dari rencana awal 20%. Di sisi lain, masih berlanjutnya perang dagang juga membuat optimisme pelaku pasar AS berkurang.
Angka Purchasing Managers Index di AS versi Markit pada Agustus berada di 54,7. Pelaku usaha masih optimistis karena nilainya di atas 50, tetapi pencapaian Agustus turun cukup jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 55,7.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Sep 2018
Seri | Benchmark | Yield 19 Sep 2018 (%) | Yield 20 Sep 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.174 | 8.122 | -5.20 |
FR0064 | 10 tahun | 8.25 | 8.227 | -2.30 |
FR0065 | 15 tahun | 8.569 | 8.530 | -3.90 |
FR0075 | 20 tahun | 8.832 | 8.806 | -2.60 |
Avg movement | -3.50 |
Penguatan hari ini juga membuat selisih(spread) SBN tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 516 bps. Yield US Treasury 10 tahun saat ini berada pada 3,05%.
Spread keduanya yang masih lebar seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar mata uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,8% kembali ke atas level psikologis 5.900, tepatnya menjadi 5.921 hingga siang ini. Nilai tukar rupiah masih menguat 0,2% terhadap dolar AS, yaitu Rp 14.840.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular