
Setelah SGD, Giliran Yuan Dilibas Rupiah
alf, CNBC Indonesia
20 September 2018 11:05

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah mampu menguat terhadap yuan pagi ini. Momentum penguatan ini, sejalan pergerakan rupiah terhadap mata uang global lainnya seiring aliran modal asing yang begitu deras ke pasar saham Indonesia.
Pada Kamis (20/9/2018), pukul 10:41 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.166,30. Rupiah menguat 0,20% dibandingkan perdagangan kemarin.
Pagi ini, aksi beli bersih investor asing di pasar saham begitu mendominasi. Hingga pukul 10:25 WIB, tercatat aksi beli mencapai Rp 177,71 miliar. Derasnya aliran modal asing, tidak lepas dari persepsi investor terhadap ekonomi global khususnya masalah perang dagang.
Seperti yang diketahui, Amerika Serikat (AS) baru saja menetapkan bea impor baru bagi produk China sebesar 10% atau senilai US$ 200 miliar. Kebijakan ini sekilas memanaskan tensi yang ada. Namun, angka yang diterapkan ternyata tidak sebesar yang diperkirakan yaitu 20%. Di sisi lain, AS pun menunda pengenaan bea masuk tambahan sebesar 25%.
Sikap AS yang belum segalak seperti yang dibayangkan, menjadi persepsi positif di mata investor. Sebab sikap Negeri Paman Sam tersebut menandakan mereka masih membuka peluang negosiasi. Terlebih pada pekan lalu, AS telah mengirimkan surat undangan kepada China untuk merundingkan masalah tersebut. Investor pun berani masuk pasar keuangan khususnya pasar saham.
Dalam konteks ini, pasar saham Indonesia lebih diminati, seiring rilis data terbaru penjualan mobil di bulan Agustus yang tumbuh 5,1% Year-on-Year (YoY). Pertumbuhan ini dicerna investor sebagai terjaganya tingkat konsumsi masyarakat meskipun terjadi pelemahan rupiah akhir-akhir ini. Akibatnya, saham-saham di sektor consumer pun diburu. Pada pukul 10:35 WIB, sektor ini telah menguat 0,92% atau tertinggi dibandingkan sektor lainnya.
Sementara itu, Penguatan yang ada belum mendorong harga jual yuan di beberapa bank nasional turun di bawah Rp 2.200. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 10:38 WIB:
Pada Kamis (20/9/2018), pukul 10:41 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.166,30. Rupiah menguat 0,20% dibandingkan perdagangan kemarin.
Seperti yang diketahui, Amerika Serikat (AS) baru saja menetapkan bea impor baru bagi produk China sebesar 10% atau senilai US$ 200 miliar. Kebijakan ini sekilas memanaskan tensi yang ada. Namun, angka yang diterapkan ternyata tidak sebesar yang diperkirakan yaitu 20%. Di sisi lain, AS pun menunda pengenaan bea masuk tambahan sebesar 25%.
Sikap AS yang belum segalak seperti yang dibayangkan, menjadi persepsi positif di mata investor. Sebab sikap Negeri Paman Sam tersebut menandakan mereka masih membuka peluang negosiasi. Terlebih pada pekan lalu, AS telah mengirimkan surat undangan kepada China untuk merundingkan masalah tersebut. Investor pun berani masuk pasar keuangan khususnya pasar saham.
Dalam konteks ini, pasar saham Indonesia lebih diminati, seiring rilis data terbaru penjualan mobil di bulan Agustus yang tumbuh 5,1% Year-on-Year (YoY). Pertumbuhan ini dicerna investor sebagai terjaganya tingkat konsumsi masyarakat meskipun terjadi pelemahan rupiah akhir-akhir ini. Akibatnya, saham-saham di sektor consumer pun diburu. Pada pukul 10:35 WIB, sektor ini telah menguat 0,92% atau tertinggi dibandingkan sektor lainnya.
Sementara itu, Penguatan yang ada belum mendorong harga jual yuan di beberapa bank nasional turun di bawah Rp 2.200. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 10:38 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 2.064,00 | Rp 2.216,00 |
Bank BRI | Rp 2.099,79 | Rp 2.248,95 |
Bank BCA | Rp 2.089,00 | Rp 2.217,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/alf) Next Article Perang Dagang Juga Bikin Rupiah Ikut Terjungkal
Most Popular