
Perang Dagang AS-China Kian Panas, Wall Street Siap menghijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 September 2018 19:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 56 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 6 dan 10 poin.
Eskalasi perang dagang AS-China ternyata tak membuat pelaku pasar menjauh dari bursa saham Negeri Paman Sam. Presiden AS Donald Trump akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar. Besarnya nilai barang yang disasar oleh AS dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Namun, kabar mengenai pengenaan bea masuk ini sudah beredar sebelumnya dan membuat Wall Street melemah pada perdagangan kemarin (17/9/2018). Kini, investor siap untuk melakukan akumulasi di pasar saham.
Pada hari ini, ada perkembangan baru yang bisa membuat Wall Street turun ke zona merah. Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa China tidak memiliki pilihan selain membalas keputusan AS yang baru saja mengenakan bea masuk baru terhadap produk Negeri Tirai Bambu. Hal ini harus dilakukan untuk melindungi hak dan kepentingannya dalam praktik perdagangan bebas.
Meskipun tidak memberikan jadwal atau penjelasan detil mengenai upaya balasan dimaksud, pernyataan tersebut jelas menyalahkan AS karena membawa ketidakpastian dalam hubungan antara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.
Pada pukul 21:00 WIB, data NAHB Housing Market Index periode September akan diumumkan. Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Eskalasi perang dagang AS-China ternyata tak membuat pelaku pasar menjauh dari bursa saham Negeri Paman Sam. Presiden AS Donald Trump akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar. Besarnya nilai barang yang disasar oleh AS dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Pada hari ini, ada perkembangan baru yang bisa membuat Wall Street turun ke zona merah. Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa China tidak memiliki pilihan selain membalas keputusan AS yang baru saja mengenakan bea masuk baru terhadap produk Negeri Tirai Bambu. Hal ini harus dilakukan untuk melindungi hak dan kepentingannya dalam praktik perdagangan bebas.
Meskipun tidak memberikan jadwal atau penjelasan detil mengenai upaya balasan dimaksud, pernyataan tersebut jelas menyalahkan AS karena membawa ketidakpastian dalam hubungan antara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.
Pada pukul 21:00 WIB, data NAHB Housing Market Index periode September akan diumumkan. Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular