
Sesi I IHSG Ambruk 0,5%, Ini 5 Saham Big Cap Pemicunya
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 September 2018 12:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,5% ke level 5.795,33 hingga akhir sesi I. Pergerakan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona merah: indeks Shanghai turun 0,12%, indeks Hang Seng turun 0,74%, dan indeks Strait Times turun 0,58%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,19 triliun dengan volume sebanyak 5,6 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 233.146 kali.
5 besar saham yang berkontribusi paling signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,23%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,34%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-1,71%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,55%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-2,46%).
Eskalasi perang dagang AS-China membuat pelaku pasar memasang mode defensif dengan melepas instrumen berisiko seperti saham. Presiden AS Donald Trump akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar. Besarnya nilai barang yang kini disasar oleh AS dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Langkah sang presiden yang diumumkan hari Senin (17/9/2018) malam waktu setempat atau Selasa dini hari waktu Indonesia semakin memanaskan ketegangan di antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu. China telah berulang kali menegaskan akan membalas segala tindakan pengenaan bea masuk baru oleh AS.
Parahnya lagi, Trump mengatakan bahwa "jika China membalas dengan menargetkan petani dan industri kami lainnya, kami akan segera masuk fase ketiga dengan tarif impor terhadap impor dari China lainnya senilai US$267 miliar."
Kini, kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang antar kedua negara akan kian sulit untuk dicapai. Seperti yang diketahui sebelumnya, pihak AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China untuk melakukan negosiasi dagang.
Dari dalam negeri, rupiah yang kembali babak belur juga membuat investor enggan masuk ke bursa saham. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,37% di pasar spot ke level Rp 14.925/dolar AS. Investor nampak masih 'menghukum' rupiah seiring dengan defisit neraca dagang yang lebih tinggi dari ekspektasi. Sepanjang Agustus, Indonesia mencatatkan defisit neraca dagang sebesar US$ 1,02 miliar, jauh lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar US$ 645 juta.
Defisit neraca dagang yang lebih besar dari ekspektasi menandakan bahwa masalah bengkaknya defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) masih sulit untuk diatasi. Seperti yang kita ketahui, bengkaknya CAD merupakan biang kerok dari pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini.
Sisi positifnya, walaupun sentimen negatif menyelimuti, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 19,5 miliar hingga akhir sesi 1. 5 besar saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 45,8 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 23,3 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 22,5 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 21,8 miliar), dan PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (Rp 14,6 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,19 triliun dengan volume sebanyak 5,6 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 233.146 kali.
5 besar saham yang berkontribusi paling signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,23%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,34%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-1,71%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,55%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-2,46%).
Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar. Besarnya nilai barang yang kini disasar oleh AS dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Langkah sang presiden yang diumumkan hari Senin (17/9/2018) malam waktu setempat atau Selasa dini hari waktu Indonesia semakin memanaskan ketegangan di antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu. China telah berulang kali menegaskan akan membalas segala tindakan pengenaan bea masuk baru oleh AS.
Parahnya lagi, Trump mengatakan bahwa "jika China membalas dengan menargetkan petani dan industri kami lainnya, kami akan segera masuk fase ketiga dengan tarif impor terhadap impor dari China lainnya senilai US$267 miliar."
Kini, kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang antar kedua negara akan kian sulit untuk dicapai. Seperti yang diketahui sebelumnya, pihak AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China untuk melakukan negosiasi dagang.
Dari dalam negeri, rupiah yang kembali babak belur juga membuat investor enggan masuk ke bursa saham. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,37% di pasar spot ke level Rp 14.925/dolar AS. Investor nampak masih 'menghukum' rupiah seiring dengan defisit neraca dagang yang lebih tinggi dari ekspektasi. Sepanjang Agustus, Indonesia mencatatkan defisit neraca dagang sebesar US$ 1,02 miliar, jauh lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar US$ 645 juta.
Defisit neraca dagang yang lebih besar dari ekspektasi menandakan bahwa masalah bengkaknya defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) masih sulit untuk diatasi. Seperti yang kita ketahui, bengkaknya CAD merupakan biang kerok dari pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini.
Sisi positifnya, walaupun sentimen negatif menyelimuti, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 19,5 miliar hingga akhir sesi 1. 5 besar saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 45,8 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 23,3 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 22,5 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 21,8 miliar), dan PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (Rp 14,6 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Most Popular