Perang Dagang Reda, Harga Obligasi Pemerintah Mantap Menguat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
14 September 2018 19:04
Penguatan harga obligasi terkait dengan meredanya perang dagang.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah melanjutkan penguatan jelang akhir pekan melanjutkan penguatan yang terjadi sejak awal perdagangan. Penguatan harga obligasi terkait dengan meredanya perang dagang. 

Merujuk data Reuters, penguatan harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menekan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang dijadikan acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. Seri 20 tahun menjadi seri yang penguatan harganya paling besar dan mengalami penurunan yield paling dalam yaitu 9 basis poin (bps) menjadi 8,99%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Seri acuan lain, yaitu 15 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun masing-masing mengalami penurunan yield 6 bps, 5 bps, dan 2 bps menjadi 8,72%, 8,39%, dan 8,49%. 

Penguatan hari ini disebabkan oleh masih redanya perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan mitra perdagangannya, khususnya setelah adanya ajakan Washington kepada utusan Beijing untuk berunding.Pelaku pasar juga masih menunggu pertemuan The Fed, atau yang biasa disebut The Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan ditunggu keputusan naik-tetapnya suku bunga acuan mereka.

 Yield Obligasi Negara Acuan 14 Sep 2018
SeriBenchmarkYield 13 Sep 2018 (%) Yield 14 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.4468.391-5.50
FR006410 tahun8.5248.496-2.80
FR006515 tahun8.7848.723-6.10
FR007520 tahun9.0878.991-9.60
Avg movement-6.00
Sumber: Reuters 

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indek tersebut naik 1,05 poin (0,47%) menjadi 224,46 dari posisi kemarin 223,4. 

Penguatan harga obligasi rupiah pemerintah hari ini membuat selisih (spread) SBN 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) bertenor serupa mencapai 551 bps. Angka itu lebih menyempit dibanding posisi hari sebelumnya 555 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,98%. 

Spread yang masih lebar tersebut (masih di atas level psikologis 500 bps) seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik signifikan 73 poin (1,25%) dan menembus level psikologis 5.900, tepatnya menjadi 5.931 pada penutupan tadi sore. Nilai tukar rupiah juga menguat 0,24% menjadi Rp 14.800 di hadapan setiap dolar AS.   

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular