
Situasi Kondusif, IHSG Menguat 0,51% Hingga Tengah Hari
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 September 2018 12:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,51% ke level 5.888,11 hingga akhir sesi 1. IHSG berhasil mengekor bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,9%, indeks Hang Seng naik 0,81%, indeks Strait Times naik 0,7%, dan indeks Kospi naik 1,25%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 2,61 triliun dengan volume sebanyak 4,63 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 154.396 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,16%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+2,56%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+2,94%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+0,97%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+0,76%).
Aura perdamaian antara AS dan China di bidang perdagangan membuat investor kembali bersemangat untuk memburu instrumen berisiko seperti saham. Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengonfirmasi bahwa AS memang mengundang China untuk berdialog mengenai isu-isu perdagangan.
"Ada diskusi dan informasi bahwa pemerintah China ingin mengadakan pembicaraan. Jadi, Menteri Keuangan Steve Mnuchin selaku pimpinan delegasi mengirimkan undangan," ungkap Kudlow, mengutip Reuters.
Sementara Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengungkapkan bahwa Beijing telah menerima dengan baik undangan dari AS dan kedua negara sedang merumuskan detil-detil soal pertemuan tersebut.
"China selalu berpandangan bahwa eskalasi konflik perdagangan tidak akan menguntungkan siapa pun. Bahkan, dalam pembicaraan awal bulan lalu di Washington, kedua negara telah membahas berbagai bentuk kontak," kata Geng, dikutip dari Reuters.
Jika perundingan jadi dilakukan nantinya, pelaku pasar setidaknya berharap bahwa bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar yang sudah melewati tahap dengar pendapat tidak jadi diterapkan oleh AS. Pasalnya, besarnya nilai barang yang disasar dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Dari dalam negeri, rupiah yang bergerak menguat juga membuat investor optimis untuk masuk ke bursa saham. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.825/dolar AS.
Dolar AS memang sedang lesu melawan mata uang negara-negara berkembang kawasan Asia; secara berturut-turut melawan ringgit, baht, dan rupee di pasar spot, dolar AS melemah sebesar 0,07%, 0,09%, dan 0,28%. Greenback melemah seiring dengan memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve. Hal ini terjadi pasca rilis data inflasi yang di bawah ekspektasi.
Kemarin (13/9/2018), inflasi AS periode Agustus diumumkan di level 0,2% MoM, lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 0,3% MoM. Sementara itu, Inflasi inti tercatat sebesar 0,1% MoM, juga lebih lambat dari ekspektasi yang sebesar 0,2% MoM.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 13 September 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini merosot menjadi 77% dari posisi per 12 September yang sebesar 81,4%. Sementara itu, probabilitas bahwa the Fed hanya akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun ini naik menjadi 20%, dari yang sebelumnya 17%.
Sayangnya, pengutan IHSG dan rupiah tak mampu membuat investor asing masuk ke bursa saham tanah air. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 57,7 miliar.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Mega Manunggal Property Tbk/MMLP (Rp 130,6 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 25,8 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 12,5 miliar), PT Pembangunan Perumahan Tbk/PTPP (Rp 8,3 miliar), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 7,8 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 2,61 triliun dengan volume sebanyak 4,63 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 154.396 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,16%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+2,56%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+2,94%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+0,97%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+0,76%).
"Ada diskusi dan informasi bahwa pemerintah China ingin mengadakan pembicaraan. Jadi, Menteri Keuangan Steve Mnuchin selaku pimpinan delegasi mengirimkan undangan," ungkap Kudlow, mengutip Reuters.
Sementara Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengungkapkan bahwa Beijing telah menerima dengan baik undangan dari AS dan kedua negara sedang merumuskan detil-detil soal pertemuan tersebut.
"China selalu berpandangan bahwa eskalasi konflik perdagangan tidak akan menguntungkan siapa pun. Bahkan, dalam pembicaraan awal bulan lalu di Washington, kedua negara telah membahas berbagai bentuk kontak," kata Geng, dikutip dari Reuters.
Jika perundingan jadi dilakukan nantinya, pelaku pasar setidaknya berharap bahwa bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar yang sudah melewati tahap dengar pendapat tidak jadi diterapkan oleh AS. Pasalnya, besarnya nilai barang yang disasar dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.
Dari dalam negeri, rupiah yang bergerak menguat juga membuat investor optimis untuk masuk ke bursa saham. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.825/dolar AS.
Dolar AS memang sedang lesu melawan mata uang negara-negara berkembang kawasan Asia; secara berturut-turut melawan ringgit, baht, dan rupee di pasar spot, dolar AS melemah sebesar 0,07%, 0,09%, dan 0,28%. Greenback melemah seiring dengan memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve. Hal ini terjadi pasca rilis data inflasi yang di bawah ekspektasi.
Kemarin (13/9/2018), inflasi AS periode Agustus diumumkan di level 0,2% MoM, lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 0,3% MoM. Sementara itu, Inflasi inti tercatat sebesar 0,1% MoM, juga lebih lambat dari ekspektasi yang sebesar 0,2% MoM.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 13 September 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini merosot menjadi 77% dari posisi per 12 September yang sebesar 81,4%. Sementara itu, probabilitas bahwa the Fed hanya akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun ini naik menjadi 20%, dari yang sebelumnya 17%.
Sayangnya, pengutan IHSG dan rupiah tak mampu membuat investor asing masuk ke bursa saham tanah air. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 57,7 miliar.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Mega Manunggal Property Tbk/MMLP (Rp 130,6 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 25,8 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 12,5 miliar), PT Pembangunan Perumahan Tbk/PTPP (Rp 8,3 miliar), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 7,8 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Most Popular