Sentimen Global Cenderung Landai, Harga Obligasi Menguat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
14 September 2018 11:48
Penguatan terjadi menyikapi sentimen positif dari turunnya inflasi Amerika Serikat (AS) dan status quo dari tidak ada kejutan dari pertemuan bank sentral Eropa.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia -Harga obligasi rupiah pemerintah menguat terbatas pada perdagangan awal pada penghujung pekan ini. Penguatan terjadi setelah menyikapi sentimen positif dari turunnya inflasi Amerika Serikat (AS) dan status quo dari tidak adanya kejutan dari pertemuan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) semalam. 

Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri 15 tahun menjadi yang paling menguat, dengan penurunan yield 4 basis poin (bps) menjadi 8,74%.

Besaran 100 bps setara dengan 1%. Tiga seri lain yaitu 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun mengalami penurunan yield 3 bps, 0,3 bps, dan 3 bps menjadi 8,41%, 8,52%, dan 9,05%. 

Yield Obligasi Negara Acuan 14 Sep 2018

SeriBenchmarkYield 13 Sep 2018 (%) Yield 14 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.4468.412-3.40
FR006410 tahun8.5248.521-0.30
FR006515 tahun8.7848.741-4.30
FR007520 tahun9.0879.054-3.30
Avg movement-2.82
Sumber: Reuters 

Sebelumnya, di awal hari ini, investor disarankan menjual seri acuan ketika harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi menguat terbatas. Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam risetnya hari ini menyarakan beli seri acuan FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. 

Pada perdagangan kemarin, harga SBN naik dan menekan yield. Dengan demikian, lanjutnya, yield SUN secara umum turun di mana khusus seri acuan 10 tahun turun 8 basis poin (bps) ke level 8,49% dibandingkan dengan sebelumnya 8,57%.

Kenaikan harga SBN (turunnya yield) di pasar sekunder khususnya di awal perdagangan didorong oleh apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar akibat sentimen menurunnya inflasi produsen AS meski pada akhirnya cenderung melemah hingga terdepresiasi tipis sebesar 0,047% ke level Rp 14.840 terhadap setiap dolar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya. 

Sementara itu, seiring dengan menguatnya harga SBN di pasar sekunder kemarin, Dhian mencermati frekuensi transaksi obligasi pemerintah di pasar sekunder meningkat sebesar 826 kali (sebelumnya 721 kali) yang didominasi oleh seri benchmark dan SBN tenor panjang meski tingkat nominal cenderung lebih rendah dibandingkan dengan hari sebelumnya karena hari sebelumnya terdapat lelang SBN. 

Dalam riset terpisah, Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus menyarankan investor untuk menahan posisi (hold) pada perdagangan hari ini.

Menyikapi aksi ECB semalam, dia menyatakan terjadi pengurangan program pembelian aset sehingga tekanan di pasar tahun depan bisa bertambah. Selain adanya potensi kenaikan bunga acuan AS lagi tahun depan, dia juga menilai ECB juga dapat menaikkan suku bunganya setelah tappering off berakhir.   

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular