Dolar AS Tertekan Luar-Dalam, Rupiah Terbaik Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 September 2018 08:30
Dolar AS Tertekan Luar-Dalam, Rupiah Terbaik Kedua di Asia
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada pagi akhir pekan ini. Rupiah dan mata uang Asia mampu memanfaatkan dolar AS yang sedang ditekan luar-dalam. 

Pada Jumat (14/9/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.780 saat pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,37% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Namun seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah cenderung berkurang. Pada pukul 08:11 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.805. Rupiah masih menguat, tetapi menipis menjadi 0,2%. 

Sejauh ini, rupiah dan mata uang Asia mampu menguat di hadapan dolar AS. Dengan penguatan 0,2%, rupiah jadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia, hanya kalah dari yuan China. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 08:12 WIB: 



Dolar AS memang sedang mengalami tekanan. Pada pukul 08:15 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) melemah 0,02%. Dini hari tadi, indeks ini sempat terkoreksi nyaris 0,3%.

Tekanan terhadap dolar AS berasal dari luar-dalam. Dari sisi eksternal, investor hanyut dalam kegembiraan karena AS-China sudah siap menggelar pertemuan membahas isu-isu perdagangan. 

"Ada diskusi dan informasi bahwa pemerintah China ingin mengadakan pembicaraan. Jadi, Menteri Keuangan Steven Mnuchin selaku pimpinan delegasi mengirimkan undangan," ungkap Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters. 

Sementara Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, juga mengungkapkan telah menerima dengan baik undangan dari AS dan kedua negara sedang merumuskan detil-detil soal pertemuan tersebut. 

"China selalu berpandangan bahwa eskalasi konflik perdagangan tidak akan menguntungkan siapa pun. Bahkan, dalam pembicaraan awal bulan lalu di Washington, kedua negara telah membahas berbagai bentuk kontak," kata Geng, dikutip dari Reuters. 

Reuters memberitakan, mengutip dua orang sumber di lingkaran pemerintahan AS, Mnuchin terlah mengirimkan undangan ke sejumlah pejabat tinggi China termasuk Wakil Perdana Menteri Liu He. Pertemuan akan digelar dalam beberapa pekan ke depan, di lokasi yang masih akan dibahas. 

Aura damai dagang AS-China yang semakin nyata membuat investor tidak lagi bermain aman. Kini, pelaku pasar sudah berani mengoleksi aset-aset berisiko di negara berkembang karena ada kemungkinan salah satu risiko besar yaitu perang dagang AS-China bisa diselesaikan. 

Dolar AS selaku salah satu aset aman (safe haven) tertekan karena aksi jual. Ini juga menjelaskan mengapa safe haven lainnya yaitu yen Jepang bergerak melemah. Semua karena sikap investor yang cuek dan berani mengambil risiko. 

Sedangkan dari dalam negeri, dolar AS terbeban oleh rilis data inflasi. Kementerian Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi laju inflasi sebesar 0,2% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada Agustus. Lebih lambat dari konsensus Reuters yaitu 0,3%. 

Secara tahunan (year-on-year/YoY), inflasi tercatat sebesar 2,7% pada bulan lalu. Pencapaian ini melambat dibandingkan Juli yang sebesar 2,9%. 

Inflasi inti (mengeluarkan komponen makanan bergejolak dan energi) tercatat 0,1% MtM, juga lebih lambat dari ekspektasi pasar sebesar 0,2%. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, inflasi inti adalah 2,2% YoY, melambat dari bulan sebelumnya yaitu 2,4%. 

Perkembangan ini memunculkan persepsi bahwa pemulihan ekonomi AS belum secepat yang diperkirakan. Laju kenaikan harga ternyata masih terhambat, belum terakselerasi secara konsisten. 

Ada kemungkinan, walau sangat tipis, The Federal Reserve/The Fed berpikir ulang untuk menerapkan kebijakan moneter ekstra ketat. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan pada rapat The Fed bulan ini memang masih sangat tinggi yaitu 95%. Namun sebenarnya angka ini menipis, karena beberapa waktu lalu sempat mencapai kisaran 98-99%. 

Dibayangi penurunan potensi kenaikan suku bunga acuan, dolar AS kehilangan kekuatan untuk melanjutkan penguatan. Akibatnya, dolar AS pun tertekan. 

Rupiah dan mata uang Asia lainnya mampu memanfaatkan situasi ini dengan mencatat penguatan. Semoga apresiasi rupiah bisa bertahan hingga penutupan pasar dan menjadi kado akhir pekan yang manis. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular