Dibayangi Krisis Mata Uang di Turki, Wall Street Bisa Naik

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 September 2018 17:34
Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Andrew Kelly
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 22 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 0,7 dan 5 poin.

Sentimen positif bagi Wall Street datang dari optimisme bahwa AS dan China bisa segera menyelesaikan friksi dagang yang selama ini terjadi. Reuters mengabarkan bahwa Washington telah mengontak Beijing untuk membahas rencana dialog perdagangan.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin diberitakan telah mengirim undangan kepada sejumlah pejabat di China, termasuk Perdana Menteri Liu He, untuk berbicara soal isu-isu perdagangan. Sumber di lingkaran Gedung Putih mengungkapkan, waktu dan tempat pertemuan belum terlalu terlihat. Namun, pertemuan itu kemungkinan terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Jika perundingan jadi dilakukan, pelaku pasar setidaknya berharap bahwa bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar yang sudah melewati tahap dengar pendapat tidak jadi diterapkan oleh AS. Pasalnya, besarnya nilai barang yang disasar dipastikan akan mempengaruhi laju perekonomian kedua negara.

Sebelumnya, hubungan kedua negara kembali memanas pasca China melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu.

China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$ 7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk impor asal AS.

Kubu China pun menunjukkan respon positif. Pada sore hari ini waktu setempat, Kementerian Luar Negeri China mengonfirmasi bahwa Beijing telah menerima undangan dari AS dan mereka menyambutnya.

Di sisi lain, Wall Street berpotensi diseret ke zona merah oleh krisis mata uang di Turki. Hingga berita ini diturunkan, lira melemah cukup dalam yakni sebesar 2,55% di pasar spot melawan dolar AS.

Lira anjlok pasca Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa bank sentral harus memotong tingkat suku bunga acuan. Hal ini dilontarkan Erdogan hanya beberapa saat menjelang pengumuman tingkat suku bunga acuan oleh Central Bank of the Republic of Turkey (CBRT).

Padahal, konsensus memperkirakan tingkat suku bunga acuan akan dikerek naik menjadi 22%, dari posisi saat ini sebesar 17,75%. Erdogan lagi-lagi mengeluarkan nada-nada intervensi yang tak seharusnya dilontarkan oleh seorang presiden.

Selain perkembangan di Turki, pelaku pasar juga akan mencermati hasil dari rapat Bank of England (BoE) dan European Central Bank (ECB).

Pada hari ini pukul 19:30 WIB, data inflasi AS periode Agustus akan diumumkan, bersamaan dengan data klaim pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 8 September.

Pada pukul 21:00, anggota FOMC Randal Quarles dijadwalkan berbicara di hadapan Senate Banking Committee mengenai implementasi pertumbuhan ekonomi, pelonggaran peraturan, dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Pada pukul 00:15 WIB (14/9/2018), anggota FOMC Raphael Bostic dijadwalkan berbicara mengenai prospek perekonomian dan kebijakan moneter di Mississippi Council of Economic Education.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular