Tekanan Reda, Pasar Obligasi Berbalik Menguat Sementara

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 September 2018 19:14
Yield seri acuan pendek menengah yaitu 5 tahun dan 10 tahun turun masing-masing 6 basis poin (bps) sehingga menjadikan yield-nya 8,45% dan 8,15%.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah semakin menguat pada akhir perdagangan hari ini, ketika sentimen negatif yang terjadi sepekan terakhir tertahan oleh belum adanya tanda-tanda berarti dari ancaman perang dagang AS ke Jepang. 

Merujuk data Reuters menuju akhir pekan ini (7/9/18), menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.

Yield seri acuan pendek menengah yaitu 5 tahun dan 10 tahun turun masing-masing 6 basis poin (bps) sehingga menjadikan yield-nya 8,45% dan 8,15%.

Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain yaitu tenor menengak ke atas yaitu 15 tahun dan 20 tahun mengalami penuruan yield masing-masing 3 bps menjadi 8,67% dan 8,99%.

Penurunan yield yang terjadi pada sesi sore ternyata lebih besar dibandingkan dengan penurunan pada awal hari.

Yield Obligasi Negara Acuan 7 Sep 2018 

SeriBenchmarkYield 6 Sep 2018 (%) Yield 7 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.5248.455-6.90
FR006410 tahun8.5818.516-6.50
FR006515 tahun8.7068.674-3.20
FR007520 tahun9.0268.995-3.10
Avg movement-4.92
Sumber: Reuters  

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indek tersebut naik 0,42 poin (0,19%) menjadi 224,53 dari posisi kemarin 224,11. 

Koreksi pasar SBN hari ini turut membuat selisih (spread) surat utang rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) mencapai 566 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,88% dan berselisih 5,63% dengaSBN tenor 10 tahun 8,52%. 

Spread tersebut menyempit dari posisi kemarin yang lebih lebar 582 bps. Spread tersebut masih cukup lebar karena menjadi posisi tertinggi sejak sebulan terakhir.

Lebarnya spread tersebut seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. 

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Meskipun pasar obligasi menguat, tetapi nanti malam (siang hari waktu Amerika Serikat) akan ada kepastian terhadap penetapan bea impor barang China senilai US$ 200 miliar oleh pemerintahan Paman Trump.

Jika benar terealisasi, maka tensi dunia investasi global akan memerah kembali akibat kekhawatiran investor terkait pertumbuhan ekonomi dunia. Di sisi lain, penguatan sesaat juga dimungkinkan untuk meneruskan koreksi secara jangka menengah. Hal ini biasa dinamakan dengan technial rebound

Penguatan yang terjadi di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket 1,31% menjadi 5,851 hingga penutupan tadi sore, dan nilai tukar rupiah menguat 70 poin (0,47%) menjadi Rp 14.815 di hadapan setiap dolar AS.

Yield Obligasi Negara Acuan 7 Sep 2018
SeriBenchmarkYield 31 Aug 2018 (%) Yield 7 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun7.9428.45551.30
FR006410 tahun8.18.51641.60
FR006515 tahun8.2488.67442.60
FR007520 tahun8.5978.99539.80
Avg movement43.83
Sumber: Reuters 

Secara sepekan, pasar obligasi terbakar oleh panasnya sentimen negatif dari krisis peso Argentina, lira Turki, dan perang dagang AS.

Sejak akhir pekan lalu, rerata yield empat seri acuan naik 43 bps. Kenaikan yield tertinggi dialami seri paling pendek, yaitu seri acuan 5 tahun yang yield-nya naik 51 bps. 

Lonjakan sepekan tersebut membuat yield seri acuan 5 tahun menembus posisi psikologis 8%, seri 10 tahun menembus level psikologis 8,5%, dan seri 20 tahun pun sempat menembus 9% walapun hanya terjadi sehari yaitu kemarin. 

Ke depannya, agenda pengumuman penerapan bea masuk China nanti malam dan beberapa agenda awal pekan depan akan sangat memengaruhi pasar surat berharga global dan domestik. Jika bea masuk benar diterapkan maupun data makroekonomi AS diumumkan positif, maka akan membuat pasar keuangan global berkontraksi. 

Pada penutupan pasar hari ini, data cadangan devisa sudah diumumkan yang dicatatkan US$ 117,9 miliar, terendah sejak 2017.  Meskipun demikian, posisi tersebut masih cukup menenangkan dan belum mengkhawatirkan karena prediksi awal menunjukkan posisi cadev akan turun drastis. Karena itu, diharapkan respon pasar akan positif pada awal perdagangan tahun depan.

Selasa pekan depan, di dalam negeri pemerintah berniat menerbitkan SBN dalam lelang rutin tujuh seri dengan target Rp 20 tahun. Jika kondisi stagnansi masih berjalan hingga pekan depan, maka minat lelang akan positif dan penerbitan SBN dapat maksimal tanpa perlu menawarkan yield yang tinggi.

Rencana Lelang Surat Berharga Negara (SBN) 12 Sep 2018

SeriSPN03181213SPN12190913FR0063FR0064FR0065FR0075FR0076
Jatuh tempo13-Dec-1813-Sep-1915-May-2315-May-2815-May-3315-May-3815-May-48
Target indikatif10,000
Target maksimal20,000


TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Investor Asing Berpeluang Banjiri Pasar SBN di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular