Transaksi Ramai, IHSG Naik 0,35%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 September 2018 12:22
IHSG menguat sebesar 0,35% hingga akhir sesi 1 ke level 5.796,33.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 0,35% hingga akhir sesi 1 ke level 5.796,33. IHSG berhasil menguat kala bursa saham utama kawasan Asia kompak terjebak di zona merah: indeks Nikkei turun 1,05%, indeks Shanghai turun 0,13%, indeks Kospi turun 0,63%, indeks Strait Times turun 0,75%, dan indeks Hang Seng turun 0,86%.

Investor bisa dibilang sangat bersemangat untuk berburu di pasar saham pada hari ini, terlihat dari volume perdagangan yang mencapai 5,88 miliar saham, sudah lebih dari setengah rata-rata volume transaksi harian tahun 2018 yang sebanyak 7,33 miliar saham.

5 besar saham yang berkontribusi paling signifikan bagi kenaikan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+4,75%), PT Astra International Tbk/ASII (+4,04%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,72%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (+3,36%), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,35%).

Sebelumnya, kajian dari Tim Riset CNBC Indonesia memang menunjukkan bahwa investor nampaknya akan terus menahan diri untuk melakukan aksi jual secara besar-besaran, bahkan mungkin cenderung mengoleksi saham-saham di tanah air menjelang akhir tahun.

Pasalnya, terhitung sejak 30 Agustus hingga 5 September (5 hari perdagangan) kala IHSG terus turun dan terkoreksi 6,3%, rata-rata volume transaksi justru ambruk menjadi hanya 5,77 miliar unit saham. Pelemahan rupiah yang signifikan pada periode itu (1,91% di pasar spot melawan dolar AS) tak begitu kuat untuk memaksa investor melepas saham dalam unit yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa banyak pelaku pasar yang menahan posisinya.

Apalagi, akhir tahun kental dengan fenomena window-dressing, dimana harga-harga saham akan terkerek naik. Lebih lanjut, dalam 8 tahun terakhir (2010-2017), memang tak sekalipun IHSG jatuh sepanjang 2 tahun berturut-turut. Ini artinya, besar kemungkinan IHSG akan menghijau pada tahun depan.

Dari sisi eksternal, sejatinya ada risiko yang menghantui yakni perang dagang antara AS dan China.Pada hari Kamis (6/9/2018), tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan berakhir. Sebelumnya telah beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai. Trump bisa mengumumkan kebijakan ini pada hari Jumat.

Mengutip Bloomberg, perusahaan-perusahaan teknologi dan ritel ternama asal AS telah berusaha meyakinkan Trump untuk membatalkan pengenaan bea masuk tersebut. Cisco Systems Inc. dan Hewlett-Packard Enterprise Co. merupakan contoh perusahaan teknologi yang menyuarakan penolakannya.

Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% YoY. Sementara itu, defisit neraca dagang secara total adalah sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.

Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar jika jadi diterapkan. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.

Kementerian Perdagangan China kemarin sudah menyatakan bahwa Beijing akan meluncurkan aksi balasan jika AS tetap bersikeras mengeksekusi rencananya.

Dari dalam negeri, sentimen negatif datang dari rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis IKK periode Agustus 2018 di level 121,6, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 124,8. Capaian tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun 2018.

Melemahnya optimisme konsumen pada bulan Agustus disebabkan oleh penurunan kedua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).

IKE pada bulan Agustus tercatat sebesar 109,2, turun 5,8 poin dari bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK bulan Agustus tercatat sebesar 133,9, lebih rendah dari capaian bulan Juli yang sebesar 134,7.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular