
Sentimen Tak Kondusif, IHSG Bergerak Labil
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 September 2018 09:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif. Pasca dibuka naik tipis 0,08%, IHSG sempat berada di zona merah tetapi kembali lagi ke zona hijau.
Sebelumnya bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah: indeks Nikkei turun 0,61%, indeks Kospi turun 0,42%, indeks Strait Times turun 0,44%, dan indeks Hang Seng turun 0,29%.
Sama dengan bursa saham Benua Kuning lainnya, risiko perang dagang membuat investor bermain aman dengan melepas instrumen berisiko seperti saham. Pada hari Kamis (6/9/2018), tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan berakhir. Sebelumnya telah beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Saat ini di AS, waktu masih berada pada hari Kamis. Trump bisa mengumumkan kebijakan ini pada hari Jumat. Pelaku pasar akan mengamati apakah kebijakan tersebut akan tetap dieksekusi atau dibatalkan.
Mengutip Bloomberg, perusahaan-perusahaan teknologi dan ritel ternama asal AS telah berusaha meyakinkan Trump untuk membatalkan pengenaan bea masuk tersebut. Cisco Systems Inc. dan Hewlett-Packard Enterprise Co. merupakan contoh perusahaan teknologi yang menyuarakan penolakannya.
Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% YoY. Sementara itu, defisit neraca dagang secara total adalah sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.
Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar jika jadi diterapkan. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.
Kementerian Perdagangan China kemarin sudah menyatakan bahwa Beijing akan meluncurkan aksi balasan jika AS tetap bersikeras mengeksekusi rencananya.
Dari dalam negeri, sentimen negatif datang dari rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis IKK periode Agustus 2018 di level 121,6, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 124,8. Capaian tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun 2018.
Melemahnya optimisme konsumen pada bulan Agustus disebabkan oleh penurunan kedua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).
IKE pada bulan Agustus tercatat sebesar 109,2, turun 5,8 poin dari bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK bulan Agustus tercatat sebesar 133,9, lebih rendah dari capaian bulan Juli yang sebesar 134,7.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Ada kok Saham LQ45 yang Murah, Ini Daftarnya Kak!
Sebelumnya bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah: indeks Nikkei turun 0,61%, indeks Kospi turun 0,42%, indeks Strait Times turun 0,44%, dan indeks Hang Seng turun 0,29%.
Sama dengan bursa saham Benua Kuning lainnya, risiko perang dagang membuat investor bermain aman dengan melepas instrumen berisiko seperti saham. Pada hari Kamis (6/9/2018), tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan berakhir. Sebelumnya telah beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Mengutip Bloomberg, perusahaan-perusahaan teknologi dan ritel ternama asal AS telah berusaha meyakinkan Trump untuk membatalkan pengenaan bea masuk tersebut. Cisco Systems Inc. dan Hewlett-Packard Enterprise Co. merupakan contoh perusahaan teknologi yang menyuarakan penolakannya.
Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% YoY. Sementara itu, defisit neraca dagang secara total adalah sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.
Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar jika jadi diterapkan. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.
Kementerian Perdagangan China kemarin sudah menyatakan bahwa Beijing akan meluncurkan aksi balasan jika AS tetap bersikeras mengeksekusi rencananya.
Dari dalam negeri, sentimen negatif datang dari rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis IKK periode Agustus 2018 di level 121,6, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 124,8. Capaian tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun 2018.
Melemahnya optimisme konsumen pada bulan Agustus disebabkan oleh penurunan kedua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).
IKE pada bulan Agustus tercatat sebesar 109,2, turun 5,8 poin dari bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK bulan Agustus tercatat sebesar 133,9, lebih rendah dari capaian bulan Juli yang sebesar 134,7.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Ada kok Saham LQ45 yang Murah, Ini Daftarnya Kak!
Most Popular