Pemerintah Racik Obat Kuat Lagi, IHSG Menguat 1,63%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 September 2018 16:41
IHSG ditutup menguat 1,63% pada perdagangan hari ini ke level 5.776,1.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Selepas anjlok 3,76% pada perdagangan kemarin (5/9/2018), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,63% pada perdagangan hari ini ke level 5.776,1. IHSG menguat kala bursa saham utama kawasan Asia kompak terjebak di zona merah: indeks Nikkei turun 0,41%, indeks Shanghai turun 0,47%, indeks Strait Times turun 0,36%, indeks Kospi turun 0,18%, dan indeks Hang Seng turun 0,99%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 9,11 triliun dengan volume sebanyak 9,38 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 424.383 kali.

Penguatan rupiah memotori aksi beli yang dilakukan investor; rupiah menguat 0,3% di pasar spot ke level Rp 14.885/dolar AS. Hari ini, greenback memang sedang loyo, terlihat dari indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,11%. Penguatan yang sudah terjadi sejak 30 Agustus silam membuat investor tergiur untuk melakukan aksi ambil untung.

Selain itu, kinerja rupiah juga terdongkrak oleh kebijakan pemerintah yang memperketat impor barang-barang konsumsi. Sebanyak 1.147 barang impor akan mengalami kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22. Rinciannya, 719 produk naik dari 2,5% menjadi 7,5%, 218 produk naik dari 2,5% menjadi 10%, dan 210 produk naik dari 7,5% menjadi 10%.

Tak hanya menahan pelemahan rupiah, kebijakan ini juga membawa berkah bagi emiten di tanah air, seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Harga saham UNVR menguat 1,56% ke level Rp 42.125/saham.

UNVR berpotensi diuntungkan oleh kenaikan PPh pasal 22 untuk produk sabun mandi dan shampo. Kenaikan PPh yang ditetapkan juga cukup signifikan, yakni dari 2,5% menjadi 10%.

UNVR sendiri memproduksi kedua produk tersebut melalui pabriknya yang berada di Indonesia. Mengutip laporan keuangan tahunan perusahaan tahun 2017, perusahaan memiliki 9 pabrik. 7 pabrik berada di Kawasan Industri Jababeka, Bekasi, sementara 2 pabrik lainnya berlokasi di Rungkut, Surabaya. Ada harapan bahwa penjualan perusahaan akan terdongkrak seiring dengan makin mahalnya produk-produk impor.

Merek-merek sabun mandi dan shampo buatan perusahaan diantaranya: Dove, Lifebuoy, Lux, dan Sunsilk.

Akibat penguatan rupiah, saham-saham perbankan menjadi buruan investor: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 3,16%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 2,92%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 2,83%, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) naik 2,42%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,02%.

Ketika rupiah berbalik menguat, kekhawatiran investor mengenai naiknya rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dari bank-bank di tanah air menjadi mereda.

Seiring dengan aksi beli atas saham-saham perbankan, indeks sektor jasa keuangan menguat hingga 2%, menjadikannya kontributor terbesar bagi penguatan IHSG.
Dari sisi eksternal, ada sentimen positif berupa aura perdamaian di semenanjung Korea. Pasca bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pyongyang, pejabat pemerintahan Korea Selatan mengatakan bahwa Kim terbuka untuk opsi denukilirisasi yang lebih "kuat" jika pihak AS mengambil langkah-langkah yang mengakui penangguhan uji coba senjata nuklir yang sudah dilakukan pihaknya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Korea Selatan dan Utara juga setuju untuk menggelar kunjungan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in ke ibu kota Korea Utara pada 18-20 September. Moon dan Kim akan membicarakan denuklirirsasi, penciptaan perdamaian, dan dan langkah-langkah detil untuk meredakan ketegangan di bidang militer, papar Chung Eui-yong yang merupakan pimpinan dari South Korean National Security Office.

Sisi negatifnya, investor asing belum berhenti melakukan aksi jual. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 966,5 miliar. Investor asing nampaknya masih menunggu kelanjutan dari perang dagang antara AS dengan China dan Kanada.

Pada hari ini, tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi impor produk China senilai US$ 200 miliar akan berakhir. Beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.

Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% YoY. Sementara itu, defisit neraca dagang secara total adalah sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.

Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar jika jadi diterapkan. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.

Kemudian, pertemuan AS-Kanada terkait dengan pembaruan North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang mulai dilanjutkan kemarin juga membuat investor asing cemas. Kabar terakhir, Trump menyebut bahwa negosiator dari kedua negara sedang berdiskusi secara intens.

"Jika itu (negosiasi) tidak berhasil, maka itu akan baik-baik saja untuk negara kita namun tidak untuk Kanada," papar Trump pada hari Rabu, seperti dikutip dari Wall Street Journal.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular