Gubernur BI Beberkan Kenapa Dolar AS Amat Sangat Perkasa
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
05 September 2018 15:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar AS makin perkasa dan membuatĀ rupiah tersungkur ke levelĀ Rp 14.926/US$ pada pukul 15.00 WIB ini. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan kenapa dolar AS bisa menguat.
"Pola ekonomi dunia memang didasarkan kuatnya ekonomi AS. Sementara negara lain mengalami perlambatan," tutur Perry, dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (5/9/2018).
Di tengah penguatan ekonomi AS, Perry melanjutkan, bank sentral AS The Fed harus menaikkan bunga untuk mengendalikan inflasinya. Fed Fund Rate atau bunga acuan AS sudah mengalami kenaikan hingga 4 kali.
"Ini juga semakin dorong investor global pindahkan portofolionya ke AS. ini faktor-faktor yang sebabkan dolar menguat secara luas," papar Perry.
Kemudian, tensi perang dagang menurut Perry juga membuat aliran modal keluar dari negara berkembang seperti Indonesia.
Lebih jauh Perry menjelaskan, berdasarkan data yang dimilikinya depreasiasi rupiah terjadi hingga 7% lebih. Jika dibandingkan 2015, pernah lebih dalam.
"Ini tingkat depresiasinya masih lebih rendah. Pengusaha lebih memilih untuk menurunkan margin daripada menaikkan harga. Dari rupiah dampak pelemahan rupiah ini belum terjadi kenaikan harga. Kami akan terus cermati ini," tegas Gubernur BI.
(wed) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024
"Pola ekonomi dunia memang didasarkan kuatnya ekonomi AS. Sementara negara lain mengalami perlambatan," tutur Perry, dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (5/9/2018).
Di tengah penguatan ekonomi AS, Perry melanjutkan, bank sentral AS The Fed harus menaikkan bunga untuk mengendalikan inflasinya. Fed Fund Rate atau bunga acuan AS sudah mengalami kenaikan hingga 4 kali.
![]() |
"Ini juga semakin dorong investor global pindahkan portofolionya ke AS. ini faktor-faktor yang sebabkan dolar menguat secara luas," papar Perry.
Kemudian, tensi perang dagang menurut Perry juga membuat aliran modal keluar dari negara berkembang seperti Indonesia.
Lebih jauh Perry menjelaskan, berdasarkan data yang dimilikinya depreasiasi rupiah terjadi hingga 7% lebih. Jika dibandingkan 2015, pernah lebih dalam.
"Ini tingkat depresiasinya masih lebih rendah. Pengusaha lebih memilih untuk menurunkan margin daripada menaikkan harga. Dari rupiah dampak pelemahan rupiah ini belum terjadi kenaikan harga. Kami akan terus cermati ini," tegas Gubernur BI.
(wed) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024
Most Popular