
Rupiah Terbantu Pelemahan Dolar AS dan 'Gegenpressing' BI
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 September 2018 09:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat pada perdagangan pagi ini. Rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia yang juga cenderung menguat terhadap greenback.
Pada Rabu (5/9/2018) puku 09:22 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.925 di pasar spot. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Setelah pembukaan pasar, rupiah tidak bergerak. Ini memunculkan harapan bahwa rupiah bisa berbalik menguat sampai penutupan perdagangan, atau setidaknya kalau terpeleset tidak terlalu parah seperti kemarin.
Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup melemah 0,81% di hadapan dolar AS. Rupiah pun menembus level Rp 14.900/US$, terlemah sejak 1998.
Tidak hanya rupiah, sejumlah mata uang utama Asia pun mampu menguat setelah kemarin dibabat habis oleh dolar AS. Peso Filipina menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam, disusul oleh yuan China.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama Asia pada pukul 09:04 WIB:
Rupiah dan mata uang Asia lainnya sejauh ini mampu memanfaatkan dolar AS yang sedang tertekan. Pada pukul 09:09 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,09%. Padahal dini hari tadi, indeks ini mampu menguat sampai ke kisaran 0,3%.
Sepertinya, dolar AS sedang tertekan akibat ambil untung. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 0,79%. Bahkan dalam 6 bulan terakhir, indeks ini sudah meroket 6,38%.
Angka-angka ini lumayan menggiurkan bagi investor yang ingin merealisasikan cuan. Apalagi akhir pekan ini akan ada pengumuman data angka pengangguran AS, yang bila hasilnya positif maka akan menjadi energi bagi greenback.
Investor yang keluar sekarang dan masuk lagi jelang pengumuman data itu bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan. Itulah bagaimana pasar bekerja, mencari untung sebesar-besarnya.
Kemungkinan kedua adalah Bank Indonesia (BI) sedang aktif bergerilya di pasar, baik valas maupun Surat Berharga Negara (SBN) untuk stabilisasi rupiah. Akhir-akhir ini, BI memang mengawal ketat rupiah. Kalau di sepakbola, mungkin bisa diibaratkan gegenpressing a la Juergen Klopp.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menegaskan bahwa rupiah yang menebus Rp 14.900/US$ sudah di luar fundamentalnya. Sentimen negatif dari luar begitu kuat sehingga mendorong rupiah keluar dari jalur.
"Kalau hitung-hitungan fundamental tidak seperti ini. Dari luar negeri, ada Turki, Argentina," tutur Perry.
Dengan situasi dolar AS yang tertekan dan pengawalan ketat BI, rupiah punya harapan untuk bangkit. Namun saat ini masih terlalu pagi, sehingga pelaku pasar tetap harus waspada. Apalagi penguatan rupiah hanya dalam rentang tipis, sehingga masih rentan untuk kembali terseret ke teritori depresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Pada Rabu (5/9/2018) puku 09:22 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.925 di pasar spot. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Setelah pembukaan pasar, rupiah tidak bergerak. Ini memunculkan harapan bahwa rupiah bisa berbalik menguat sampai penutupan perdagangan, atau setidaknya kalau terpeleset tidak terlalu parah seperti kemarin.
Tidak hanya rupiah, sejumlah mata uang utama Asia pun mampu menguat setelah kemarin dibabat habis oleh dolar AS. Peso Filipina menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam, disusul oleh yuan China.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama Asia pada pukul 09:04 WIB:
Rupiah dan mata uang Asia lainnya sejauh ini mampu memanfaatkan dolar AS yang sedang tertekan. Pada pukul 09:09 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,09%. Padahal dini hari tadi, indeks ini mampu menguat sampai ke kisaran 0,3%.
Sepertinya, dolar AS sedang tertekan akibat ambil untung. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 0,79%. Bahkan dalam 6 bulan terakhir, indeks ini sudah meroket 6,38%.
Angka-angka ini lumayan menggiurkan bagi investor yang ingin merealisasikan cuan. Apalagi akhir pekan ini akan ada pengumuman data angka pengangguran AS, yang bila hasilnya positif maka akan menjadi energi bagi greenback.
Investor yang keluar sekarang dan masuk lagi jelang pengumuman data itu bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan. Itulah bagaimana pasar bekerja, mencari untung sebesar-besarnya.
Kemungkinan kedua adalah Bank Indonesia (BI) sedang aktif bergerilya di pasar, baik valas maupun Surat Berharga Negara (SBN) untuk stabilisasi rupiah. Akhir-akhir ini, BI memang mengawal ketat rupiah. Kalau di sepakbola, mungkin bisa diibaratkan gegenpressing a la Juergen Klopp.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menegaskan bahwa rupiah yang menebus Rp 14.900/US$ sudah di luar fundamentalnya. Sentimen negatif dari luar begitu kuat sehingga mendorong rupiah keluar dari jalur.
"Kalau hitung-hitungan fundamental tidak seperti ini. Dari luar negeri, ada Turki, Argentina," tutur Perry.
Dengan situasi dolar AS yang tertekan dan pengawalan ketat BI, rupiah punya harapan untuk bangkit. Namun saat ini masih terlalu pagi, sehingga pelaku pasar tetap harus waspada. Apalagi penguatan rupiah hanya dalam rentang tipis, sehingga masih rentan untuk kembali terseret ke teritori depresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular